DEBAT capres ke-3 menampilkan ‘perseteruan’ antara Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo. Perdebatan masih didominasi dengan isu pertahanan, sedangkan isu lain seperti hubungan internasional dan geopolitik masih minim elaborasi.
Banyak penilaian yang sudah dikeluarkan tentang penampilan ketiganya, termasuk dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
”Hampir semua calon presiden tidak menguasai (hubungan internasional). Semua fokus membahas alokasi anggaran pertahanan, kinerja Kementerian Pertahanan, ada juga yang menyoroti penurunan performa atau kekuatan pertahanan,” kata Ketua Departemen Hubungan Internasional CSIS Lina Alexandra di Jakarta, Senin (8/1).
Baca Juga:Tiga Boeing 737-9 MAX Milik Lion Air Terdampak Insiden Alaska Airlines, Kemenhub: Dihentikan Pengoperasian SementaraKemenlu: KBRI London Sedang Klarifikasi Kematian Mayawati Bracken Korban Pembunuhan di Inggris
Lina menyampaikan hal itu dalam Media Briefing ”Menanggapi Debat Ketiga Capres-Cawapres dan Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri” yang diadakan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta, Senin (8/1). Hadir pula sebagai pembicara peneliti Hubungan Internasional CSIS Andrew Mantong dan Muhammad Habib; serta Wakil Direktur Eksekutif Bidang Studi CSIS Shafiah Muhibat.
Menurutnya, tidak ada calon presiden yang mampu menjelaskan tantangan global yang akan dihadapi Indonesia, yaitu meningkatnya rivalitas superpower dunia, khususnya Amerika Serikat dan Tiongkok, serta bagaimana kebijakan luar negeri akan diambil atau diarahkan untuk mengatasi dampak rivalitas itu. Padahal, dampaknya akan merambah bidang lain, selain konflik militer, terdapat persaingan teknologi dan energi.
Tanpa adanya pemahaman mengenai tantangan global, kata Wakil Direktur Eksekutif Bidang Studi CSIS Shafiah Muhibat, sulit menemukan implikasi dan merumuskan strategi untuk menghadapi tantangan itu. ”Kita berharap Indonesia bisa meminimalisir dampak negatif ekonomi dari adanya rivalitas superpower dunia,” ujar Shafiah.
Lebih lanjut, menurut Lina, ketiga calon presiden sibuk saling menyerang secara personal. Ada pula yang memaparkan data, tapi data tersebut digunakan untuk memojokkan kandidat lain, bukan memaparkan gagasan strategis ke depan. Hal itu membuat gagasan setiap calon presiden tidak tersampaikan dengan baik.
Misalnya, calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, menyebutkan strategi bebas aktif. Namun, ia menyebutkan strategi itu tanpa konteks yang jelas. Sementara calon presiden lainnya, yaitu Anies Baswedan, lebih kerap menggunakan data untuk menyerang Prabowo Subianto.