“Kalau saya tidak apa-apa. Justru kami perlu seorang penegak hukum seperti Bapak karena apa? Kami kalau mau investasi di Indonesia ini diperas, mau berusaha ini diperas. Kalau kami bayar, padahal diperas, lalu ketahuan, kami ditangkap. Katanya kami menyuap.”
Itulah Indonesia ini, pada saat ini. Oleh sebab itu, saudara sekalian, kita harus lawan korupsi. Meminjam istilah anak muda, “Hei Wir, kutabrak kau. Hei Wir, mundur kau, Wir. Anda korupsi, saya tabrak.” Saudara sekalian, ini semua dalam rangka agar terjadi pemerataan seperti ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Dasar. Di Alquran disebut Kayla Tan benalu (mengutip ayat Al-Quran). “Jangan biarkan kekayaan itu hanya beredar di antara orang kaya.” Baik, terima kasih.
Moderator: Terima kasih, Pak Mahfud. Silahkan kembali, Pak. Oke, mohon tenang. Selanjutnya, kami akan berikan kesempatan kepada Calon Wakil Presiden Nomor Urut 1, Bapak Muhaimin Iskandar, untuk naik ke atas panggung menyampaikan visi, misi, dan program kerja.
Baca Juga:Caleg Gemar Pasang Baliho Miskin Gagasan, Kemana Milenial?Lawatan di Cirebon Bertemu dengan Para Gus dan Ning, Gibran ‘Fun Futsal Sarungan Bareng Samsul’
Muhaimin: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat malam, salam sejahtera untuk kita semua. Harusnya saya bicara pada debat yang pertama, tapi hari ini saya sungguh bersyukur, akhirnya bisa bertemu. Tapi, jangan salah paham, bukan karena saya ambisi jadi Presiden, tapi karena saya punya pelajaran yang penting selama saya berjuang di politik. Apa itu? Saya menyaksikan dan menjadi bagian dari adanya pemerintah yang memiliki kewenangan mutlak, terutama pimpinan tertinggi, untuk bisa menghadirkan keadilan dan kemakmuran rakyat.
Inilah yang disebut sebagai slepet. Slepet ini menjadi bagian dari kewenangan untuk menghadirkan kemakmuran dan keadilan. Slepet itu, seperti sarung yang saya bawa ini, biasa digunakan di kalangan santri, bisa membangunkan yang tidur, menggerakkan yang loyo, dan sekaligus mengingatkan yang lalai. Alhamdulillah, Gusti Allah memberi kesempatan saya untuk bersama-sama Mas Anies yang memiliki pemikiran yang sama untuk terwujudnya perubahan dan perbaikan. Bahkan, kami berdua seperti botol dengan tutupnya. Jangan salah sebab disrupsi itu adalah awal dari perubahan. Bayangkan, 100 orang Indonesia kekayaannya di atas 100 juta jumlah penduduk Indonesia.