Dahlan aktif dalam politik ketika masih remaja dan pada tahun 1981 membantu mendirikan cabang gerakan pemuda Fatah, Fatah Hawks, salah satu gerakan pemuda yang populer di Tepi Barat dan Gaza sekitar 1980-an.
Sekitar tahun 1981 dan 1986, ia ditangkap Israel 11 kali karena peran utamanya dalam gerakan itu. Selama di penjara, ia belajar berbicara bahasa Ibrani dengan lancar.
Atas restu Amerika Serikat, Israel, Mesir dan negara-negara lain, dia direkomendasi masuk kabinet perdana menteri, Mahmoud Abbas, ditunjuk untuk pos keamanan yang berpengaruh.
Baca Juga:Sempat Ikuti Ibadah Minggu Pagi, 56 Tahanan Lapas Sorong Kabur, 6 DitangkapKasus Sindikat Curanmor di Sidoarjo, 3 Oknum TNI Diperiksa Pomdam V/Brawijaya
Dilansir dari artikel Inigo Gilmore and Philip Jacobson berjudul Five killed as Israeli tanks go deep into Gaza disebutkan Dahlan terpilih untuk memimpin Pasukan Keamanan Pencegahan di Gaza tahun 1994, setelah penandatanganan Kesepakatan Oslo. Dia membangun pasukan sebanyak 20.000 orang, dianggap salah satu pemimpin Palestina yang paling kuat, berurusan secara teratur dengan CIA dan pejabat intelijen Israel.
Selama tujuh tahun sebagai kepala keamanan di Jalur Gaza, Muhammad Yusuf Dahlan banyak menangkap para pejuang Palestina terkemuka. Di sepanjang jalan yang sulit ini, ia dipuji Israel sebagai sosok “terampil menumbuhkan pendukung yang berpengaruh yang mendorong promosinya”.
Dahlan, dipilih untuk memimpin misi menggulingkan pemerintahan Hamas. Pilihan itu dibuat oleh penasihat Timur Tengah Dewan Keamanan Nasional Presiden George W Bush, Elliot Abrams. Dikutip dari artikel berjudul A thorough expose of Dahlan’s American connection yang diterbitkan majalah Vanitiy Fair pada bulan April 2008, hubungan khususnya dengan pemerintahan Bush, terutama melalui Jenderal AS Keith Dayton.
Fakta menunjukkan bahwa orang-orang Dahlan yang mencoba membunuh Perdana Menteri Ismail Haniya pada 14 Desember 2006, ketika dia kembali ke Jalur Gaza melalui penyeberangan perbatasan Rafah.
Pilihan AS dan Israel jatuh ke Dahlan karena, ia seorang panglima perang, memiliki hubungan baik dengan Israel, posisi yang kuat dalam Fatah dan sangat terhubung dengan berbagai agen intelijen Arab. Dahlan juga memimpin 10 cabang keamanan di Gaza, sebagian besar didedikasikan untuk membungkam perbedaan pendapat. Banyak dari mereka yang dipenjara dan disiksa oleh pasukan Dahlan.