MOHAMMED Yusuf Dahlan menikahi Jaleela, seorang perempuan yang lahir di Saudi 1 Januari 1966 dan memiliki empat anak, Fadi (lahir di Tunis, 5 Oktober 1990), Firaz (lahir di Tunis, 8 Agustus 1992), Hadil (lahir di Gaza, 19 Oktober 1995), dan Asil (lahir di Gaza, 25 September 2003). Keenamnya memperoleh kewarganegaraan Serbia bersama pada tanggal 6 Desember 2013.
Pada 2015 Serbia juga memberikan kewarganegaraan Mohammad Dahlan. Istrinya, empat anak, seorang kerabat dan lima pendukung juga menerima paspor Serbia.
Bisnis utama yang dibawa Dahlan ke Serbia adalah melalui kesepakatan dengan perusahaan-perusahaan senjata negara itu yang dikenal sebagai sumber besar distribusi senjata di kawasan Timur Tengah untuk Israel dan proksi AS.
Baca Juga:Prabowo Subianto: Tanpa Kekuatan Militer akan Dilindas Seperti GazaAnies Baswedan Kritik Prabowo Subianto: Anggaran Rp700 Triliun, Kementerian Pertahanan Lemah Bidang Siber
Ia tinggal di pengasingan di Abu Dhabi, di mana ia “bekerja erat” dengan keluarga Al Nahyan yang berkuasa, yang digambarkan sebagai “Palestina favorit UEA” dan juga bersekutu dengan Presiden Mesir yang bertangan besi, Abdal Fattah al-Sisi.
Dahlan memutuskan pindah ke Uni Emirat Arab (UEA) setelah berselisih dengan Abbas dan pejabat senior Fatah lainnya.
Dikutip dari laman Yeni Safak, dengan laporannya berjudul UAE Crown Prince Zayed’s army of assassins beberapa tentara Amerika yang paling terlatih yang disewa oleh Pangeran Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammad bin Zayed telah bekerja pada misi tentara bayaran untuk membunuh para pemimpin terkemuka serta politisi di Timur Tengah.
Menurut laporan tersebut, Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Mohammad bin Zayed (MBZ), mempekerjakan perusahaan tentara bayaran Spear Operations Group yang berbasis di Delaware untuk membunuh terutama para pemimpin Yaman, termasuk ulama, politisi, dan tokoh agama.
Jurnalis investigasi AS Aram Roston, yang berfokus pada pelaporan tentang kontrak militer, menerbitkan daftar panjang pembunuhan yang dipimpin Uni Emirat Arab (UEA) dan mengungkapkan foto-foto pasukan pembunuh.
Beberapa pembunuh bayaran dikatakan mantan Baret Hijau AS, mantan Navy SEAL, mantan pekerja untuk “cabang tanah” CIA, dan sersan Pasukan Khusus di Pasukan Nasional Angkatan Darat Maryland.
Yang menarik, Mohammad Dahlan, mantan kepala keamanan untuk Otoritas Palestina yang juga dikenal sebagai “pembunuh bayaran” dari Timur Tengah, adalah mediator utama pemerintah UEA. Dia pertama kali memanggil mantan Angkatan Laut AS Isaac Gilmore dan Abraham Golan untuk berkumpul pada pertemuan makan siang di pangkalan militer di kota terpadat kedua UEA di Abu Dhabi, pada 2015.