PEMILIHAN presiden atau Pilpres 2024 di Indonesia bakal mempengaruhi geopolitik dan keamanan di kawasan Asia. Dia menyebut pilpres di Indonesia pada Februari 2024 sama penting dengan pilpres di Taiwan pada Januari 2024 dan pilpres di Amerika Serikat pada November 2024. Demikian unggahan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY di platform media sosial X, Minggu, 7 Januari 2024.
Tak hanya itu, dia menilai ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat telah memanas tahun-tahun terakhir ini. Menurut SBY, geopolitik dan keamanan kawasan yang dia maksud adalah ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan. “Meskipun saya mengerti bahwa bagi Tiongkok permasalahan Taiwan adalah isu dalam negeri,” ucapnya.
Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara. Itu sebabnya, lanjut SBY, Indonesia kerap dipandang sebagai regional power sekaligus global player. Jika presiden mendatang memahami pentingnya menjaga stabilitas kawasan Asia, SBY menilai sang kepala negara bisa memainkan politik luar negeri dan diplomasi yang cerdas.
Baca Juga:Kaca Jendela Pesawat Alaska Airlines Lepas Saat Mengudara, FAA Inspeksi 171 Boeing MAX 9Rencana Pembelian 12 Pesawat Tempur Mirage 2000-5 Bekas dari Qatar Ditunda
Menurut SBY, presiden baru bisa menyusun kebijakan politik luar negeri dengan dengan membangun kebersamaan negara-negara ASEAN. Dia mengatakan, hal itu diperlukan agar konflik apa pun di Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dicarikan solusi yang lebih damai. “Sehingga tidak terjadi malapetaka di kawasan Asia bahkan di dunia, yang bakal memporak-porandakan perdamaian dan keamanan internasional,” ujar SBY.
Jika Presiden Taiwan yang baru adalah sosok yang bergaris keras dan anti-Tiongkok, SBY menilai ketegangan Tiongkok-Taiwan akan meningkat. Begitu pula, jika Presiden Amerika Serikat juga sosok yang bergaris keras dan sangat anti “unifikasi Tiongkok-Taiwan”, kawasan Asia Timur bisa menjadi sebuah flashpoint yang setiap saat bisa meledak.
Sebaliknya, SBY menilai jika baik Presiden Amerika Serikat dan Presiden Taiwan yang baru nanti lebih bergaris moderat dan bersedia untuk memasuki wilayah take and give, kekhawatiran dunia terhadap terbukanya konflik militer terbuka di kawasan Asia Timur bisa berkurang. (*)