“Saya optimistis keberadaan platform ini dapat mendorong Pemilu berjalan jujur dan adil,” ungkapnya.
Adapun potensi kecurangan dan pelanggaran Pemilu yang besar, Eddy menilai semua pasti berujung ke persoalan perolehan suara. Ini yang selalu menimbulkan permasalahan yaitu salah satunya konflik horizontal antarpendukung.
Karenanya, untuk meminimalisasi konflik, dia menyarankan masing-masing paslon ataupun pihak yang berkontestasi meminta pendukungnya tenang dan tidak anarkistis.
Baca Juga:Waspadai Sejumlah Modus Kecurangan Pilpres 2024, Tim Hukum Nasional AMIN Bikin Posko PengaduanHujan deras picu longsor di Sejumlah Kecamatan di Kabupaten Sukabumi
“Semua paslon harus mengimbau pemilih dengan cara yang positif. Tidak sebaliknya, melakukan black campaign atau menjelek-jelekkan paslon lain. Apapun hasilnya, siapa pun paslon yang menang, harus diterima dengan legowo,” harap Eddy.
Termasuk partai pengusung, para ketua umum juga harus menyampaikan kepada masyarakat pendukungnya jangan terlalu fanatik. Jangan sampai terjadi kekerasan.
Ia pun mengingatkan kembali pada pengalaman Pemilu sebelumnya, pendukung Presiden Joko Widodo dan pendukung Prabowo Subianto yang terlalu fanatik.
“Sampai ada yang pisah ranjang, berantem dengan sanak saudara, teman juga jadi musuh. Tapi ujung-ujungnya Pak Prabowo jadi menterinya Pak Jokowi, mereka bersatu kembali. Sementara masyarakat yang bertikai tidak kunjung baikan,” pungkas Eddy. (*)