KEPALA Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menyatakan, penganiayaan terhadap relawan calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo oleh anggota TNI di depan Markas Markas Kompi B Yonif Raider 408/Sbh, Boyolali, menyayangkan ada pihak-pihak tertentu yang mencoba mengaitkan peristiwa penganiayaan terhadap relawan Ganjar-Mahfud dengan netralitas TNI.
Menurutnya, tindakan cepat jajaran TNI AD dalam merespons penganiayaan relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali merupakan bukti konkret pihaknya memegang teguh netralitas.
“Jangan menganalisa kejadian berdasarkan video pendek dan langsung menarik kesimpulan. Rombongannya sudah mutar delapan kali dan sudah berulang kali diingatkan (agar jangan menimbulkan kebisingan). Jadi ada aksi ada reaksi. Tapi bukan liar kesimpulannya. Jangan disangkutkan ke mana-mana. Dan sebaiknya semua pihak saling evaluasi, bukan kami saja,” ujar Maruli.
Baca Juga:Samsung Gelar Galaxy Unpacked 2024, Ada Fitur Kecerdasan Buatan di Galaxy S24 seriesBersama Perempuan Artis Lawas Era 1990 Inisial NN, Ibra Azhari Tidak Kapok Pakai Narkoba Masih Tanda Tanya
Maruli menyatakan pimpinan TNI AD tentu akan mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilakukan jajaran personel selama masa kampanye pemilu 2024 agar tidak lagi muncul tuduhan bahwa TNI tidak netral.
“Dari mulai saya dilantik sudah saya sampaikan bahwa saya akan tegas terkait masalah netralitas. Saya sudah buktikan, ada peristiwa, malamnya (oknum anggota) langsung ditahan, beberapa hari sudah jadi tersangka. Tinggal tunggu sidang nanti, karena dia juga punya hak untuk membela diri,” kata Maruli.
“Jadi, jangan terus disudutkan ke kita (TNI AD), diarahkan lagi tentang netralitas. Menurut saya itu berlebihan. Jadi, janganlah,” Maruli menandaskan.
Dia pun meminta semua pihak tidak mengaitkan netralitas aparat TNI dengan insiden penganiayaan relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali.
“Tidak ada sangkut-pautnya dengan yang lain (netralitas TNI). Ini murni karena anggota saya masih muda, jadi meresponnya begitu. Tapi dilihat dari perkembangannya sekarang, larinya ke mana-mana,” ujar KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak dalam siaran persnya, Jumat (5/1).
Sebelumnya, Maruli dalam program Rosi Kompas TV, Kamis (4/1) membantah bahwa penganiayaan itu direncanakan, tapi terjadi secara spontan karena para korban sudah berulang kali diingatkan prajurit TNI agar tidak berkendara dengan knalpot bising.
“Ada aksi, ada reaksi ya, jadi kan disebutkan mengarahnya kayaknya ada rencana pencegatan, masukin ke dalam asrama, ini kan cara berpikirnya, mana sempat-sempat orang ngeliat dengar suara bising tiba-tiba lari dicegat,” katanya.