ROMI Zarman dalam karyanya yang berjudul Yudaisme di Jawa Abad ke-19 dan 20 terbit tahun 2013 cukup gamblang menjelaskan keberadaan orang-orang Yahudi terutama di Jawa dan teridentifikasi sejak 1828 merujuk peraturan catatan sipil untuk orang Yahudi di Hindia Belanda. Mereka tersebar di Batavia, Semarang, dan Surabaya.
Dalam buku tersebut diungkapkan pada dua dekade pertama Hindia Belanda atau akhir abad 19 dan awal abad 20, orang Yahudi ikut menjadi serdadu Belanda dan terlibat dalam perang Paderi di Sumatera dan Perang Diponegoro.
“Sebagian dari mereka memilih menetap di Jawa dan menjalani hidup sebagai pedagang selepas pensiun dan berakhirnya ikatan kontrak dari dinas militer,” tulis Zarman. “
Baca Juga:Sopir Bus PO Bhinneka Jadi Tersangka Laka Tunggal di Jalur JapekTwin Tunnels Tol Cisumdawu Tidak Ada Retakan Akibat Gempa, Melainkan Sambungan Jembatan
Orang-orang Yahudi Eropa di Jawa juga berprofesi sebagai jurnalis, guru, pengacara, dan menduduki berbagai posisi strategis dalam struktur Hindia Belanda,” tambahnya.
Tak hanya Yahudi-Eropa yang tinggal di Jawa, tetapi ada juga Yahudi-Asia, berasal dari Arab, Persia, Bagdad, Kolkata (India), dan Suriaa. Berdasarkan konsensus pemerintah Hindia Belanda pada 1930, jumlah populasi Yahudi-Eropa di Jawa tercatat 935 jiwa. Sedangkan jumlah Yahudi-Asia sekitar 565 jiwa.
Profesor Rotem Kowner dari Haifa University dalam artikelnya berjudul An obscure history disebutkan bahwa kedatangan orang Yahudi ke Indonesia, semula menginjakkan kakinya di Sumatera dan Jawa. Pada awal abad ke-9, misalnya, Ishaq, seorang Yahudi dari Oman, melakukan perjalanan ke Sumatera. Ada pula pedagang Yahudi pada 1290 dari Futsat, Mesir, yang tinggal di Kota Barus, sebuah pelabuhan tertua di Sumatera Utara. Mereka datang melalui jalur perdagangan.
Sedangkan Adolf Heuken dalam Historical Sites of Jakarta terbit tahun 1982 mengungkapkan, selain melalui jalur perdagangan, orang-orang Yahudi berdatangan ketika ekspedisi bangsa Portugis ke Nusantara pada 1511. Ekspedisi itu dipimpin Alfonso de l’Albuquerque dan berhasil menaklukan Malaka. Setelah Malaka takluk, dua tahun kemudian, empat kapal berisi rombongan orang-orang Portugis datang ke daerah tersebut. Di antara rombongan dalam kapal Portugis itu ada orang-orang Yahudi beragama Kristen atau dikenal sebagai Marrano.
Koloni dagang Portugis itu tak berlangsung lama, berpindah ke tangan Belanda melalui Verenidge Oost-Indische Compagnie (VOC) dan WestIndisch Compagnie (WIC) pada 1619. Perusahaan dagang itu dibiayai langsung oleh orang-orang Yahudi yang mengungsi dari Portugal dan Spanyol pada 1600-an.