Dikutip dari laman Historiana, penanggung jawab sejarah Cirebon, Pangeran Suleman (P.S.) Sulendraningrat menulis kisah berikut: “Dampu Awang” itu, pedagang bangsa Cina kaya raya yang beragama Islam. Dulunya (ia) identik dengan nama…Sam Po Kong atau Sam Po Toa Lang atau Sam Po Toa Jin atau Sam Po Bo.
Sangat banyak mitos yang beredar di tanah Jawa tentang tokoh bernama Dampo Awang ini, tak cuma di Kedu, Cirebon, dan bahkan yang paling aneh adalah kisah legenda Dampo Awang di daerah Rembang dan Lasem. Bahkan disebut-sebut sebagai mertua Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran.
Legenda tersebut menceritakan konon setelah sampai di Lasem, Dampo Awang berniat memperistri adik dari Sunan Bonang. Sunan Bonang mengajukan syarat, apabila Dampo Awang dapat membuat perahu yang bisa terbang, maka ia dapat meminang adiknya.
Baca Juga:Hujan Disertai Angin Kencang, Kanopi di Stasiun Tugu Yogya Roboh, 5 Mobil Rusak RinganPrabowo Subianto Banggakan Keberhasilan Pembangunan Era Orde Baru
Syarat tersebut disanggupi oleh Dampo Awang, dengan perahu terbang tersebut Dampo Awang pulang ke negeri Tiongkok dan kembali ke Lasem lagi. Namun Sunan Bonang merasa marah karena ada yang dapat menandingi kesaktiannya, ia mengambil sumpit saktinya, dan dengan sumpit itu membuat perahu tersebut jatuh berantakan.
Konon, layar perahu Dampo Awang menjadi Gunung Layar di daerah Lasem dan jangkarnya jatuh di pantai Rembang (kini ada di Taman Kartini, Rembang).
Yang jelas, belum ada data yang autentik mengenai sejarah jangkar yang tersimpan di dalam area Vihara Dewi Welas Asih, Cirebon, Jawa Barat diyakini merupakan peninggalan dari kapal seorang laksamana legendaris dari Tiongkok, Laksamana Cheng Ho. Bahkan, jangkar tersebut malah sudah ada di sana sebelum vihara berdiri, yaitu pada tahun 1500-an.
Kawasan vihara dahulu adalah wilayah pesisir, yang masih tertutup laut. Banyak kapal yang singgah dan berlabuh di situ, termasuk kapal Laksamana Cheng Ho yang menurunkan jangkar di daerah vihara, sebelum bertolak ke Semarang. Ada juga versi yang mengatakan jika yang berlabuh tersebut hanya kapal anak buahnya Laksamana Cheng Ho saja, karena sang Laksamana sendiri berada di kapal. Karena jumlah armada Laksamana Cheng Ho cukup banyak.