Menurutnya, ledakan kedua memakan lebih banyak korban. “Aksi teroris ini akan ditanggapi dengan respons yang kuat dan menghancurkan dari aparat keamanan dan militer dalam waktu sesingkat-singkatnya,” ujar Vahidi.
Diketahui, Jenderal Qassem Soleimani dibunuh di Irak oleh drone Amerika Serikat pada 3 Januari 2020. Soleimani yang asli penduduk Provinsi Kerman, dimakamkan di Astana Para Syuhada di ibu kota provinsi itu yang juga bernama Kerman.
Ia tewas di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020. Soleimani dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak AS. Mantan presiden AS Donald Trump adalah tokoh yang memerintahkan langsung serangan tersebut.
Baca Juga:Biaya Admin dan Limit Transaksi BCA Ada Perubahan Mulai 19 Januari 2024, Berikut RinciannyaPernyataan Direktur Mossad Bernada Ancaman Usai Tokoh Hamas Terbunuh di Beirut
Trump mengklaim, Soleimani sedang merencanakan serangan terhadap misi dan diplomat AS di Timur Tengah. Oleh sebab itu, sebelum Soleimani melancarkan aksinya, AS terlebih dulu mengambil tindakan dengan membunuhnya.
Iran mengutuk keras pembunuhan Soleimani dan bersumpah akan membalas tindakan Washington. Tak lama setelah peristiwa pembunuhan itu, Iran meluncurkan serangan udara ke markas tentara AS di Irak. Aksi itu sempat menimbulkan kekhawatiran global tentang potensi pecahnya peperangan.
Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan. Soleimani pun memiliki kedekatan dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Wakil Gubernur Provinsi Kerman, Rahman Jalali, memastikan bahwa kedua ledakan di Astana Para Syuhada sebagai ulah para teroris.
Sementara itu, laman harian Inggris, The Guardian, mengungkapkan serangan itu terjadi saat Timur Tengah tengah dalam situasi genting.
Situasi-situasi genting meliputi pertempuran sengit antara Hamas dan Israel yang terus berkecamuk di Gaza.
Kemudian serangan drone Israel di Beirut, Lebanon, yang menewaskan seorang pemimpin Hamas, yang terjadi setelah serangan serupa yang menimpa seorang petinggi militer Iran yang tengah berada di Damaskus, Suriah.
Baca Juga:Mentan Janji Tutup Izin Usaha Distributor dan Pengecer yang Menaikan Harga Pupuk Bersubsidi Melebihi HETDesa Dadap, Juntinyuat, Indramayu Diterjang Angin Puting Beliung
The Guadian berusaha menepis skenario Israel berada di balik serangan Kerman itu, dengan menyampaikan karakteristik serangan Israel sebelumnya terhadap target-target Iran.