Ia melihat kota Palangkaraya bisa dijadikan kota percontohan Indonesia. Apalagi, memang banyak kota di Indonesia memiliki sungai. Kepada Indonesia, Sukarno berpesan: “Jadikanlah Kota Palangkaraya sebagai modal dan model.”
Sukarno bahkan menginginkan Pelangkaraya jadi ibukota negara. Menurut Wijarnaka, Palangkaraya berada di tengah-tengah wilayah RI. Saat itu, wilayah tertimur Indonesia adalah Maluku, sebab Papua masih dikuasai Belanda.
Sayangnya, menurut Patrice Levang dalam Ayo ke Tanah Sabrang: Transmigrasi di Indonesia tahun 2003. Palangkaraya terletak di atas salah satu lapisan gambut ombrogen terbesar di kawasan tropis Asia Tenggara. Maka, insinyur-insinyur Rusia pun didatangkan untuk memimpin pembangunan jalan, yang kemudian dikenal sebagai Jalan Rusia.
Baca Juga:Sensor Lokal Catat Gempa Bumi di Cirebon Runtuhkan Gapura Taman Pataraksa Sumber?Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG: Sekitar pukul 21.01 WIB Apakah di Cirebon Rasakan Gempa?
Jika menjadi ibukota, Palangkaraya akan mirip dengan Washington DC. Wilayah DC baru dibuka setelah Amerika Serikat merdeka. Wilayah itu dipilih oleh George Washington dan disetujui Kongres pada 16 Juli 1790. Jika Palangkaraya dekat Sungai Kahayan dan Kapuas, maka Washington DC berada di dekat sungai Patomac.
Mengenai ide pemindahan ibukota, bisa jadi Sukarno terpengaruh dengan opini lawas pada zaman kolonial. Misalnya pendapat dari Hendrik Tillema, seorang ahli kesehatan yang menyebut kota-kota pelabuhan di pantai Jawa yang tak sehat—termasuk Batavia—tak layak dijadikan pusat pemerintahan maupun niaga.
Selain itu, memindahkan ibukota ke luar Jawa, tentu membuat Sukarno dianggap hendak melawan prinsip sentralistik yang sejak zaman kolonial selalu berpusat di Jawa.
Sayangnya, keinginan itu tidak terwujud. Menurut Wijarnaka, rencana itu terhambat oleh banyak kesulitan, seperti dalam pengadaan bahan dan akses ke lokasi. Tentu saja, Jakarta yang makin sumpek adalah pilihan realistis bagi pemerintah RI. Jakarta adalah kota yang sudah “jadi,” di tangan pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Namun, meski batal di zaman Orde Lama, isu-isu pemindahan ibukota masih sering dibicarakan. Sampai hari ini. (*)