PEMERINTAH Kabupaten Cirebon meresmikan Alun-alun Pataraksa yang ada di Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Jum’at tanggal 10 November 2023.
Penandatanganan prasasti dilakukan langsung oleh Bupati Cirebon, Drs. H. Imron, M.Ag, didampingi Wakil Bupati Cirebon, Hj. Wahyu Tjiptaningsih, SE, M.Si, Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon, Dr. H. Hilmy Riva’i, M.Pd beserta jajaran Forkopimda Kabupaten Cirebon.
Namun, dua bulan usai diresmikan bangunan gapura alun-alun Pataraksa di Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon ambruk pada Selasa, 2 Januri 2024 malam sekitar pukul 2o.45 WIB.
Baca Juga:BMKG Sebut Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,9 di Selatan Jawa Barat Dipicu Deformasi Batuan Lempeng Indo-AustraliaSoekarno dan Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangka Raya
Diketahui, alun-alun Pataraksa depan kompleks Kantor Bupati menggunakan anggaran yang tidak sedikit, pembangunan tahap pertama tahun 2021 dengan anggaran sebesar Rp11,6 miliar, dan kembali dilanjutkan pembangunan tahap kedua di tahun 2023 dengan anggaran kurang lebih Rp4,5 miliar dengan menggunakan bantuan keuangan dari APBD Provinsi Jawa Barat.
Dari nama Pataraksa yang dapat diartikan sebagai tempat perlindungan, jika dilogikan bahwa tempat berlindung harus kokoh, bisa melindungi dan bisa menampung insan yang berada di tempat itu.
Konsep pembangunan gapura Pataraksa mencontoh bentuk Candi Bentar (bentar artinya terbelah) adalah sebutan bagi bangunan gapura yang berbentuk dua bangunan yang serupa dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk, bangunan tersebut muncul pertama kali pada zaman Kerajaan Majapahit.
Apakah runtuhnya Gapura Pataraksa akibat Gempa bumi lokal Cirebon ?
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mempertanyakan apakah warga Cirebon merasakan adanya gempa bumi pada pukul 21.01 WIB, sedangkan Gapura Pataraksa runtuh pada pukul 20.24 atau sebelum adanya getaran gempa bumi di wilayah Cirebon meskipun skala kecil.
Daryono menambahkan bahwa diduga gempa bumi Cirebon sebagai gempa lokal dan hanya satu sensor yang mencatat getarannya di sensor seismograf ACJM (Astanajapura), sehingga belum dapat dijadikan sebagai parameter dan disimpulkan gempa bumi lokal 1 sensor yang mencatat. Padahal, untuk bisa tahu butuh minimal 3 sensor.
Dengan analisa tersebut diduga runtuhnya Gapura Pataraksa bukan karena gempa bumi lokal di Cirebon yang berdasarkan analisa dari pihak BMKG.