Sebaliknya, jika seseorang memilih program studi yang tidak sesuai dengan minatnya, bisa jadi ia merasa bosan dan kurang termotivasi untuk belajar.
Selain itu, memilih pendidikan yang link and match juga memungkinkan seseorang untuk mengembangkan potensi dan bakatnya secara maksimal. Misalnya, jika seseorang memiliki minat dalam bidang seni dan kreativitas, ia dapat memilih program studi desain grafis atau multimedia yang akan memungkinkannya untuk mengasah keahlian dan bakatnya.
Manfaat lainnya adalah meningkatnya peluang karir yang sukses di masa depan. Dengan memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai, calon mahasiswa akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keahlian mereka. Hal ini akan mempermudah mereka dalam meraih kesuksesan karir dan mencapai tujuan hidup mereka.
Strategi Memilih Pendidikan Link and Match
Baca Juga:Surat Kabar Hindia Belanda Soroti Gempa Sumedang di Tahun 1955Utang Pemerintah Tembus Rp 8.000 triliun, Begini Rinciannya
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam memilih pendidikan link and match yang tepat. Pertama, sangat penting untuk mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Calon mahasiswa perlu mengidentifikasi minat, potensi, dan bakat mereka. Ini dapat dilakukan melalui refleksi diri, diskusi dengan keluarga dan teman, maupun mengikuti tes minat bakat.
Selanjutnya, calon mahasiswa perlu melakukan riset tentang berbagai program studi yang ada. Mereka perlu mengetahui mata kuliah yang diajarkan, karir apa yang bisa ditempuh setelah lulus, serta bagaimana reputasi perguruan tinggi yang menyelenggarakan program tersebut.
Terakhir, penting untuk meminta bantuan dan saran dari mentor atau konselor pendidikan. Mentor dapat memberikan panduan dan arahan yang objektif berdasarkan pengalaman mereka. Mereka juga dapat membantu calon mahasiswa dalam mempersempit pilihan program studi yang sesuai dengan minat dan keahlian mereka.
Pada kenyataannya banyak lembaga pendidikan tinggi yang tidak mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas terhambat pada faktor dana. Bila dikaitkan dengan isu otonomi perguruan tinggi, perguruan tinggi harus mampu membaca peluang ke depan serta mampu mengoptimalkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan dan inefisiensi dalam segala bidang, kreatif mencari sumber dana lain di luar SPP antara lain dengan melakukan kerjasama dengan pihak luar, menjual jasa pelayanan keilmuan, maupun kerjasama bisnis dalam kegiatan pemasaran produk-produk ilmu dan teknologi yang berorientasi pada riset.