PADA tanggal 30 Desember 1884, semesta menyaksikan kelahiran Hideki Tojo, seorang bayi laki-laki dari keluarga samurai terhormat yang di kemudian hari akan menyebabkan tangis bagi jutaan umat manusia.
Tojo dibesarkan dan dididik pada era Meiji. Tujuan dari sistem pendidikan Meiji adalah untuk melatih anak laki-laki menjadi tentara saat dewasa. Para pemuda selalu diajari propaganda tanpa henti bahwa perang adalah hal terindah di seluruh dunia, kaisar adalah dewa yang hidup, dan kehormatan terbesar bagi orang Jepang adalah mati demi kaisar.
Sedangkan, gadis-gadis Jepang diajari bahwa kehormatan tertinggi bagi seorang wanita adalah memiliki sebanyak mungkin anak laki-laki yang bisa mati demi kaisar dalam perang. Mungkin paham ultra-nasionalis inilah yang membentuk dirinya menjadi monster di kemudian hari.
Baca Juga:Praktisi Hukum: Jaga Marwah BPSKDenny JA: Kekayaan Kuliner, Fashion, dan Budaya Nusantara itu Harta Karun
Tojo juga dikenal dengan sifat keras kepala, kurangnya selera humor, agresif, dan suka berkelahi dengan anak laki-laki lain. Tetapi dia juga dikenal ulet dalam mengejar apa yang diinginkannya. Pada usia 15 tahun, Tojo mendaftar di Sekolah Kadet Angkatan Darat dan memulai kariernya yang cemerlang di Angkatan Darat.
Dijuluki sebagai “kamisori” atau si pisau cukur, karena reputasinya yang memiliki pikiran tajam dan mampu mengambil keputusan dengan cepat. Singkat cerita, tahun 1940 dia sudah menjabat sebagai Menteri Perang dan di tahun 1941 sudah berada di puncak kekuasaan, sebagai Perdana Menteri Jepang.
Salah satu keputusan fatalnya adalah mengumumkan perang melawan Amerika Serikat, Kerajaan Britania dan Kerajaan Belanda pada tanggal 8 Desember 1941 atau tanggal 7 Desember 1941 waktu Amerika. Dengan ganas menyerang Pearl Harbour, Indochina, Filipina, kemudian Hindia Belanda (Indonesia) dan beberapa titik kekuasaan Sekutu di Asia Pasifik.
Awalnya semua berjalan dengan mulus dan penuh kemenangan, hingga Amerika Serikat melancarkan serangan balasan bertubi-tubi dan membuat posisinya di kabinet terancam. Setelah mengalami kekalahan di Pertempuran Saipan, ia mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri pada tanggal 18 Juli 1944.
Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Amerika Serikat pada tahun 1945, Jenderal AS Douglas MacArthur memerintahkan penangkapan atas dirinya. Ketika tentara Amerika mengepung rumah Tojo pada tanggal 11 September, Tojo berusaha bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri di dada dengan pistol. Namun sayang, tembakan bunuh dirinya meleset dan tidak mengenai jantungnya.