PEMERINTAH Indonesia saat ini sedang menyelidiki dugaan hubungan antara perdagangan manusia dan meningkatnya jumlah kedatangan pengungsi Rohingya di beberapa negara, termasuk Indonesia, kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Senin.
“Kami sedang mencari tahu alasan mereka datang ke sini. Indonesia bukan negara tujuan mereka, tapi semacam tempat transit, dan kami menemukan dugaan perdagangan manusia. Sekarang, hal ini harus dicegah sebelum menjadi masalah yang terus berlanjut di masa depan,” dia menambahkan.
Amin mengatakan perdagangan manusia harus dicegah agar persoalan pengungsi Rohingya tidak menjadi masalah jangka panjang.
Baca Juga:Hamas: Anda Datang Terlambat-Misi Sudah Tercapai, Terowongan untuk Operasi Banjir Al-AqsaASEAN Butuh $29,4 Triliun untuk Transisi Energi, Kata Jokowi ke AZEC
Ia menegaskan, Indonesia bukan pihak dalam Konvensi Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1952.
Amin mengatakan, dalam penanganan pengungsi Rohingya, pemerintah Indonesia terus berkoordinasi dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dalam mencari tempat berlindung agar kedatangan Rohingya tidak mengganggu kehidupan warga setempat, selain melakukan upaya pencegahan trafficking. .
“Kami juga mencegah kemungkinan upaya mendatangkan pengungsi Rohingya melalui sindikat perdagangan manusia yang diduga berada di balik kedatangan pengungsi Rohingya. Kami akan memantau secara ketat hal ini,” tambahnya.
Dia menjelaskan, keputusan pemerintah menerima pengungsi Rohingya didasarkan pada alasan kemanusiaan.
“Tapi itu memerlukan biaya yang besar, oleh karena itu kami berkoordinasi dengan UNHCR yang mandatnya antara lain memberikan bantuan kepada pengungsi,” imbuhnya.
Sementara itu, Polresta Banda Aceh telah menangkap dan menetapkan seorang etnis Rohingya, Muhammad Amin, sebagai tersangka kasus dugaan penyelundupan manusia ke Indonesia.
“Tersangka, 35 tahun, berasal dari Myanmar. Ia merupakan pengungsi dari Camp 1 Blok H-88 Kutupalum, tempat penampungan warga Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh,” kata Kapolresta Banda Aceh, Kompol Fahmi Irwan Ramli. pada hari Senin. (*)