PRESIDEN Joko “Jokowi” Widodo mengatakan pada hari Senin bahwa ASEAN akan membutuhkan pendanaan yang sangat besar untuk beralih ke sumber energi ramah lingkungan selama beberapa dekade mendatang.
Jokowi menyampaikan keprihatinannya atas besarnya kebutuhan pendanaan untuk transisi energi pada KTT Komunitas Nol Emisi Asia (AZEC) di Tokyo.
“Transisi energi ASEAN memerlukan pendanaan sebesar $29,4 triliun pada tahun 2050. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan pendanaan berkelanjutan. Sehingga kita dapat mencapai transisi energi yang memacu pertumbuhan ekonomi dan memberikan manfaat bagi masyarakat,” tulis Jokowi di platform media sosial X pada hari Senin, mengomentari forum AZEC baru-baru ini.
Baca Juga:15 Terduga Penyelundup Narkoba Tewas Dalam Bentrokan Dengan Tentara Thailand di Dekat Perbatasan MyanmarJokowi Keluarkan Perpres Rempang Eco-City
Ia juga menyebutkan apa yang telah dilakukan Indonesia untuk mendanai upaya dekarbonisasi melalui mekanisme yang inovatif dan kredibel. Hal ini termasuk pertukaran karbon yang baru-baru ini diluncurkan, yang menurut Jokowi memiliki potensi sebesar Rp 3.000 triliun (sekitar $193 miliar).
AZEC adalah platform negara-negara Asia yang fokus utamanya pada upaya dekarbonisasi. Anggotanya meliputi Australia, Jepang, dan anggota ASEAN, Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Pertemuan para pemimpin AZEC mengadopsi pernyataan bersama yang menyatakan bahwa para anggota mengakui pentingnya pendanaan transisi. Mereka juga sepakat untuk meningkatkan investasi dalam hal ini melalui AZEC.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kemudian membeberkan lebih detail pertemuan AZEC tersebut. Menurut Retno, Jokowi tidak ingin AZEC hanya menjadi “forum transisi energi”, sehingga ia memerlukan pendanaan yang inovatif.
“Apa yang disepakati dalam KTT AZEC mengakomodasi apa yang selama ini diadvokasi oleh Indonesia, yaitu pengakuan terhadap berbagai jalur dan teknologi menuju transisi energi. Serta perlunya peningkatan mekanisme pendanaan untuk menutup kesenjangan pembiayaan di negara berkembang,” kata Retno kepada wartawan, Senin.
Pertemuan tersebut melihat Indonesia mengamankan kemitraan terkait transisi energi di bawah kerangka AZEC. Indonesia juga telah menandatangani 24 nota kesepahaman (MoU) dengan Jepang, antara lain mengenai kemitraan terkait program panas bumi dan sampah menjadi energi, kata Retno.
Besarnya dana yang dibutuhkan negara-negara untuk sepenuhnya menggunakan energi terbarukan telah lama menjadi kekhawatiran Indonesia.