SEJAK dimulainya agresi Israel di Jalur Gaza, data yang diperoleh Mig AI, sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pemantauan dan analisis media dan jaringan sosial, menunjukkan bahwa postingan online lebih cenderung bersifat anti-Israel dibandingkan pro-Zionis.
Mig AI mengatakan data yang mereka peroleh terkait dengan unggahan yang berkaitan dengan agresi yang sedang berlangsung di Gaza sebagian besar bersifat anti-Israel, dengan 83% unggahan online menentang pendudukan Israel.
Analisis ini menggunakan 1,9 juta unggahan terkait agresi yang sedang berlangsung di Gaza yang menerima setidaknya 500 suka, bagikan, dan komentar, dan lebih dari 1,5 juta unggahan ini menentang pendudukan Israel, yang merupakan mayoritas sebesar 83%.
Baca Juga:Hamas menyerah kepada pasukan Israel dalam jumlah besarFosil ini ungkap dinosaurus muda terpotong-potong di dalam perut sepupu T-rex
Selain itu, sebuah penelitian yang meneliti 371.000 artikel yang dipublikasikan di situs berita internasional menemukan bahwa sangat sedikit di antaranya, hanya 8%, yang mendukung pendudukan Israel. Dilaporkan, 64% dari artikel-artikel tersebut bersifat “netral” sementara artikel-artikel yang menentang pendudukan Israel berjumlah tiga kali lipat dari artikel-artikel yang mendukung pendudukan Israel, yakni 24%.
Hal ini terjadi ketika kemarahan rakyat terhadap pendudukan Israel terus meningkat selama agresi mereka di Gaza.
Di tengah genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza, kota-kota di seluruh Amerika Serikat telah menjadi pusat aksi protes, dengan ratusan protes dilaporkan sejak pecahnya permusuhan, menurut data dari Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED), seperti yang dilaporkan oleh Axios.
Mengingat meningkatnya agresi Israel di Gaza, terdapat pula peningkatan yang cukup besar dalam jumlah protes pro-Palestina yang terjadi di seluruh dunia, dan mungkin yang paling terkenal di Amerika Serikat.
Jajak pendapat menyoroti bahwa generasi muda Amerika, khususnya, semakin bersimpati terhadap perjuangan Palestina sejak dimulainya babak terakhir agresi Israel.
ACLED mengamati semua protes dan mengklasifikasikannya ke dalam tiga kelompok: protes pro-Israel, protes pro-Palestina, dan protes netral, yaitu protes yang menyerukan gencatan senjata tetapi tidak mengungkapkan sentimen pro-Israel atau pro-Palestina.
Tren di AS menunjukkan lanskap sentimen yang terus berkembang. Awalnya, Operasi Banjir al-Aqsa, demonstrasi di negara tersebut didominasi pro-Zionis.
Baca Juga:Para Pakar: Semakin banyak profesional muda di Singapura yang mengambil istirahat panjang untuk memulihkan tenagaPeneliti Jelaskan Kesenjangan Hasil Jajak Pendapat Presiden Roy Morgan
Namun, ketika respons militer Israel mendapatkan momentum, jumlah protes pro-Palestina mulai melebihi jumlah protes pro-Israel dalam waktu seminggu, seperti yang ditunjukkan oleh data.