“KEHIDUPAN meniru seni,” tulis mendiang seniman sastra Irlandia Oscar Wilde dalam sebuah karya yang diterbitkan pada abad ke-19. “Tujuan hidup yang disadari adalah untuk menemukan ekspresi, dan Seni menawarkan bentuk-bentuk indah yang melaluinya ia dapat mewujudkan energi tersebut,” tulisnya.
Wilde membuat tesis menarik dalam filsafat seni: daya tarik estetika pembuatan seni juga dapat ditemukan dalam pengalaman hidup. Kehidupan melalui upaya sadar manusia dapat dihadirkan dalam bentuk-bentuk indah khas seni rupa: menggantikan kehidupan yang terkesan membosankan dengan rasa kagum.
Perangkat sastra, misalnya, seperti bayangan (yang mengisyaratkan akhir dramatis sejak awal cerita masih berlangsung), dan ironi takdir (kontras yang menyenangkan antara apa yang diantisipasi dan apa yang akan terjadi) adalah beberapa bentuk indah yang melaluinya kehidupan bisa berjalan. dibuat menakjubkan.
Baca Juga:Elon Musk, ayah dari 11 anak, ingin “orang cerdas” memiliki anakApakah al-Assad di Suriah Dukung Hamas Demi Keuntungan Politik atau Kepentingan Politik?
Estetika dianggap sebagai kerangka teoritis yang tidak pantas untuk mendekati peristiwa dan tokoh politik terkini di Palestina. Namun, ketika memutuskan untuk menulis tentang Yahya Al-Sinwar, pilihannya jatuh pada estetika untuk menonjolkan karakter Al-Sinwar yang mengagumkan dan menakjubkan dengan latar belakang kampanye fitnah.
Al-Sinwar, seperti banyak seniman Palestina yang merangkap sebagai revolusioner, secara mengagumkan berhasil meraih pembebasan rakyatnya dalam bingkai yang indah. Berbeda dengan seniman lain, Al-Sinwar adalah seniman yang sangat praktis dan memiliki konsekuensi materialistis. Karya agungnya bukanlah puisi atau lukisan melainkan sebuah revolusi dalam waktu nyata. Yahya Al-Sinwar sebagai seorang seniman dan Banjir Al-Aqsa adalah mahakaryanya.
Tanggal 7 Oktober selamanya akan ditandai sebagai momen penting dalam sejarah negara kolonial di mana para pejuang muda menghindari langkah-langkah keamanan Israel yang berteknologi tinggi: mematahkan pengepungan Zionis yang diberlakukan di Gaza dan memberontak melawan penjajah mereka.
Menurut perkiraan situs berita Prancis Media Part, hanya dalam waktu 6 jam, pejuang Perlawanan berhasil menimbulkan kehancuran besar di negara kolonial, melumpuhkan 1000 orang, menyebabkan lebih dari 2.000 orang terluka, dan menawan ratusan orang.
“Serangan keji ini diputuskan oleh Yahya Al-Sinwar,” kata Kepala Staf IOF Herzi Halevi tak lama setelah operasi tersebut.
Al-Sinwar, yang namanya secara harafiah berarti nelayan atau perajin kail dalam bahasa Arab, terlihat berada di puncak Banjir Al-Aqsa ketika menghantam negara kolonial Zionis.