SALAH seorang Caleg DPRD Kota Cirebon dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan nomor urut 5 wilayah Kejaksan dan Pekalipan, Jafarudin mengunjungi Kraton Kanoman.
“Masih dalam rangkaian HUT Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) ke 19, tanggal 3 Desember lalu kita mengunjungi Kraton Kasepuhan dan melihat dari dekat relief Banteng di Siti Hinggil Kraton Kasepuhan,” katanya.
Dikatakan Jafarudin, sudah merupakan kebiasaan tetapi hal ini dapat membuat diri menjadi mencintai sejumlah bangunan cagar budaya yang bernilai sejarah dan religius tersebut. Bahkan berkeinginan untuk terus mengembangkannya hingga menjadi cagar budaya yang dapat menjadi objek wisata nasional.
Baca Juga:Berantas Korupsi hingga Akar, Ganjar Pranowo Jadikan Pulau Nusakambangan Tempat Penahanan KoruptorIsi Kuliah Kebangsaan UMC Cirebon, Ganjar: Pemilu Damai Jaga Situasi Kondusif
“Ini adalah kebanggaan kami sebagai warga Kota Cirebon, karena keberadaan tiga Kraton di Kotamadya ini. Insya-Allah nanti ketika terpilih menjadi anggota dewan kota Cirebon, secara bersama sama kembangkan potensi wisata religi, budaya dan sejarah yang ada di Cirebon terutama dari Kotamadya Cirebon,” terangnya.
Diketahui, Kraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I pada sekitar tahun 1678 Masehi. Tidak sedikit peninggalan-peninggalan sejarah yang masih terjaga hingga kini.
Salah satunya Lonceng Gajah Mungkur yang berada di Komplek Kesultanan Kanoman Cirebon, tepatnya di selatan Langgar Alit atau Musholah kecil.
Lonceng gajah mungkur merupakan pemberian hadiah dari Gubernur Jendral Sir Thomas Stanford Raffless ketika berkuasa di Hindia Belanda pada tahun 1811 sampai 1816 Masehi. Lonceng Perunggu pemberian Gubernur Jendrala tersebut diberikan kepada Sultan Kanoman Komarudin I atau Sultan Kanoman VI.
Lonceng Gajah Mungkur buatan Inggris ini merupakan salah satu dari tiga bukti adanya pengakuan dan penghormatan dari Pemerintah Kolonial Inggris terhada Kesultanan Kanoman Cirebon sebagai satu Kesultanan yang cukup berpengaruh.
Sesuai dengan kesepakatan konvoi London secara rahasia yang ditanda tangani bersama antara Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yaitu Jawa dan Sumatra dibawah kekuasaan Inggris tahun 1811-1816 M.
“Cagar budaya menjadi salah satu destinasi wisata yang dapat menarik minat pelancong terhadap peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di Kota Cirebon. Untuk itu, diperlukan adanya perawatan cagar budaya sebagai salah satu cara untuk memelihara dan melindungi cagar budaya. Upaya perawatan yang dapat dilakukan adalah dengan pembersihan, pengawetan, dan perbaikan,” ungkapnya, Sabtu (9/12).