TAK Â bisa dipungkiri, bela diri berutang banyak pada dunia pop. Orang Indonesia mengenal kung fu dari film, novel, juga komik. Mulai dari film-film Bruce Lee, novel-novel karangan Asmaraman Sukowati alias Kho Ping Hoo, hingga komik macam Kung Fu Boy atau Kenji.
Di tingkat dunia, pencak silat memang kalah populer ketimbang bela diri lain. Salah satu penyebabnya adalah karena silat tidak banyak muncul dalam budaya pop dunia, semisal film. Coba bandingkan dengan kung fu. Film tertua tentang kung fu berjudul The Adventures of Fong Sai-yuk, yang sudah dirilis pada 1938.
Kemudian film kung fu makin merajai industri film dunia seiring booming-nya ekonomi Hong Kong di era 1970-an. Dari era itu, dunia kemudian mengenal Bruce Lee melalui film-film seperti The Big Boss (1971), Fist of Fury (1972), Way of the Dragon (1972), hingga Enter the Dragon (1973).
Baca Juga:Thomas Lembong Sebut Kebijakan Hilirisasi Nikel Paling Menguntungkan TiongkokRusia dan Arab Saudi Mendesak Semua Negara OPEC+ untuk Bergabung dalam Pengurangan Minyak
Era itu juga melahirkan studio-studio yang banyak merilis film kung fu. Mulai dari Shaw Brothers hingga Golden Harvest. Dua perusahaan film raksasa itu pernah merilis sekitar 700 hingga 1.000 film, walau tidak semua tentang kung fu. Setelah era Bruce Lee, industri film dengan genre kung fu tidak kekurangan penerus. Sekarang kita mengenal nama-nama seperti Jackie Chan, Jet Li, Sammo Hung, hingga Donnie Yen.
Dunia memang tidak mengenal pencak silat seperti mengenal kung fu, shaolin, tinju, atau karate. Tapi di Indonesia, kampung halamannya, silat masih banyak muncul di budaya pop. Di film, misalkan. Film tertua Indonesia yang menggambarkan tentang silat adalah Harimau Tjampa (1958). Salah satu pemerannya, Malin Maradjo, adalah juara silat dalam PON II 1951. Industri film ini kemudian melahirkan aktor-aktor film laga yang kemudian jadi besar, seperti Barry Prima, Advent Bangun, George Rudy, hingga Ratno Timoer. Dari data situs Film Indonesia, ada sekitar 85 film dengan latar belakang silat di Indonesia. dalam kurun waktu 1958 hingga 1988.
Selain dalam medium film, silat juga kerap diangkat dalam medium novel. Salah satu penulis cerita silat (cersil) paling populer adalah Bastian Tito. Dia menciptakan karakter Wiro Sableng yang kemudian jadi legenda tersendiri, dan diangkat ke dalam film serial. Nama lain yang populer adalah S.H Mintardja, yang sudah menulis sekitar 400 cersil semasa hidupnya.