INDONESIA mencatat 34.000 kasus baru kanker paru-paru setiap tahunnya, dengan jumlah kematian mencapai 30.000 hingga 31.000, menurut Kementerian Kesehatan.
“(Angka) kematian ini sangat memprihatinkan bagi kami… kematian yang dilaporkan mencapai 30.000 hingga 31.000,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, saat berdiskusi mengenai kanker paru-paru, Selasa, 11 November 2019. 28 Agustus 2023.
Tingginya angka kematian tersebut salah satunya disebabkan oleh keterlambatan pengobatan pasien kanker paru-paru, tambahnya. Menurutnya, tingkat kesembuhan pasien kanker bisa mencapai 90 persen jika ditangani sejak dini.
Baca Juga:Indonesia Umumkan Biaya Ibadah Haji 2024 Naik Jadi Rp 93,4 JutaPemerintah Indonesia Tambah Kuota Haji 2024 Menjadi 241.000 Jemaah
Untuk itu, upaya deteksi dini dan pencegahan yang dituangkan dalam program transformasi kesehatan Kementerian Kesehatan merupakan langkah utama yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker paru, ujarnya.
Salah satu upayanya, jelasnya, adalah skrining untuk mendeteksi dini 14 jenis penyakit. Hal ini termasuk skrining kanker paru-paru untuk sejumlah kelompok berisiko.
“Sasaran skrining kanker paru adalah mereka yang berusia di atas 45 tahun, (yang) memiliki riwayat merokok aktif, atau mereka yang baru berhenti merokok kurang dari 15 tahun,” imbuhnya.
Ia menginformasikan, sasarannya adalah orang-orang yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker. Hal ini ditunjukkan dengan skor yang dikeluarkan saat screening.
To make prevention efforts more optimal, she appealed to the community to avoid consuming tobacco and its derivative products since tobacco consumption is a major contributing factor to lung cancer.
Tarmizi also highlighted the importance of carrying out the CERDIK measures, which consist of routine health checks, eliminating cigarette smoke, consuming a balanced diet, getting enough rest, and controlling stress. (*)