PRESIDEN Joko Widodo atau Jokowi menyatakan, pembantaian di siang bolong terhadap kehidupan warga sipil termasuk perempuan dan anak-anak di Palestina tidak masuk akal. Presiden kembali menyerukan pembebasan Palestina dari pendudukan Israel.
Hal tersebut disampaikan Jokowi saat membuka acara R20 International Summit of Religious Authorities (ISORA) yang diselenggarakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Senin, 27 November 2023, di Menteng, Jakarta Pusat. Konferensi tersebut memfokuskan pembahasannya pada peran agama dalam menghadapi kekerasan yang sedang berlangsung di Timur Tengah.
“Tidak logis dan tidak masuk akal jika dunia super modern ini membiarkan terjadinya perang dan pembantaian massal di Palestina,” seru Jokowi. Tragedi kemanusiaan di Palestina tidak bisa ditoleransi dalam bentuk apa pun.
Baca Juga:BMKG: Prakiraan Hujan akan mengguyur sebagian Jabodetabek sejak PagiWakil Presiden Ma’ruf Amin Ajak Pengusaha Slovakia Berinvestasi pada Produk Halal Indonesia
Ketegangan di Timur Tengah telah memburuk sejak 7 Oktober setelah Hamas yang didukung Iran melintasi perbatasan yang diberlakukan Israel, menyandera sekitar 240 orang, dan membunuh 1.200 orang, menurut perhitungan Israel.
Sejak itu, Israel melancarkan kampanye pengeboman tanpa henti di Kota Gaza, membuat lebih dari dua pertiga warga Gaza mengungsi dari rumah mereka dan secara paksa mengurangi populasi di bagian utara daerah kantong yang terkepung.
Pihak berwenang di Gaza seperti dikutip Reuters melaporkan bahwa pada hari Minggu, setidaknya 14.000 warga Palestina di Gaza tewas akibat pemboman Israel, 40 persen di antaranya adalah anak-anak.
Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata empat hari mulai Jumat untuk pertukaran sandera.
Jokowi dalam sambutan pembukaannya menegaskan bahwa kemerdekaan merupakan hak semua bangsa yang tidak dapat dicabut. Mengenai pendudukan Israel di Palestina, presiden menegaskan seruannya untuk melakukan gencatan senjata, mempercepat masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan memulai perundingan perdamaian.
Indonesia merupakan salah satu negara yang diberi mandat oleh OKI atau Organisasi Kerjasama Islam untuk mengambil tindakan atas nama OKI dan Liga Arab untuk menghentikan pembantaian di Gaza.
Para pemimpin OKI melalui resolusi yang diadopsi pada pertemuan puncak pada 11 November di Riyadh juga mengamanatkan Arab Saudi, Yordania, Mesir, Qatar, Turki, dan Nigeria untuk membantu memulai proses politik untuk mencapai perdamaian permanen antara Palestina dan Israel. (*)