Limar diciptakan UKO panggilan akrab Ujang Koswara pada 2008, yang merupakan hasil kolaborasi ide miliknya dengan keahlian seorang tukang reparasi elektronik langganannya. Setelah proses bongkar pasang selama 6 bulan, Limar akhirnya berhasil diciptakan dengan produksi pertama sebanyak 5.000 unit.
Limar terlahir berkat keprihatinan Ujang melihat rumah ibunya yang belum teraliri listrik karena tinggal di pelosok Garut. Ibunya sering mengalami kesulitan karena kondisi tersebut. Semua peralatan pembangkit listrik, seperti solar panel dan micro-hydro, sempat dibeli UKO agar rumah ibunya bisa terang. Namun semua itu tidak bertahan lama.
Sampai akhirnya UKO menemukan cara sederhana untuk penerangan yang kemudian dinamakan Limar.
Baca Juga:Jabatan Utama Angkatan Darat Masih KosongPrabowo Janjikan Makan Gratis untuk Ibu Hamil dan Anak untuk Atasi Stunting
Limar berisi seperangkat penerangan untuk satu rumah. Dalam setiap boksnya terdapat lima buah lampu LED (Light-Emitting Diode) dan accu yang dilengkapi dengan lima buah tombol. Masing-masing lampu berdaya terang 1 watt namun setara dengan terang 10 watt. Energi listrik guna menyalakan lampu-lampu itu berasal dari accu yang kekuatan energinya cukup untuk satu bulan.
Jika habis, accu tinggal di-charge selama tiga jam dengan menggunakan genset yang dikelola oleh warga sekitar. Satu genset untuk satu desa. Warga bisa mengisi ulang accu dengan membayar sebesar Rp2.000 hingga Rp2.500.
“Dalam satu boks Limar ini terdapat nilai gotong rotong, bela negara, kesetaraan, kebanggaan, dan pergerakan ekonomi,” ungkap UKO, Sabtu (25/11)
Nilai gotong royong, jelas UKO, karena dalam prakteknya Limar melibatkan banyak pihak. Ada anak-anak putus sekolah dan lulusan SMK yang memproduksi Limar, relawan yang ikut membantu memasang Limar, aparat TNI yang turun membantu demi pengabdian pada rakyat, dan pihak swasta yang memberikan dana CSR.
Warga yang menjadi sasaran juga bisa merasakan kesetaraan saat rumahnya terang seperti rumah-rumah di perkotaan. Anak-anak sekolah bisa belajar dengan baik dan kegiatan ekonomi pun berjalan maksimal.
Sejak diciptakan pada 2008, Limar telah memberi penerangan pada 260 ribu rumah di berbagai pelosok tanah air mulai dari Sabang sampai Merauke. Di daerah-daerah yang telah dikunjunginya, UKO tidak hanya meninggalkan Limar sebagai sebagai produk saja, tapi juga Limar sebagai sebuah keterampilan. UKO mengajarkan bagaimana cara merakit dan memproduksi Limar kepada warga sekitar.