INDEKS Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia (BEI) menutup minggu perdagangan dengan kenaikan tipis 0,08 persen menjadi 5,29 poin menjadi 7.009,63 pada hari Jumat. Pasar melihat pergerakan positif terjadi pada lima sektor, dengan sektor teknologi memimpin dengan kenaikan sebesar 2,01 persen.
Penyumbang lainnya antara lain sektor barang konsumsi non primer naik 0,96 persen, sektor keuangan naik 0,87 persen, sektor barang mentah naik 0,32 persen, dan sektor pengangkutan dan logistik naik 0,29 persen.
Sebaliknya, enam sektor mengalami penurunan, dengan penurunan terbesar terjadi pada sektor infrastruktur sebesar 2,82 persen. Barang kesehatan dan barang konsumsi primer masing-masing turun sebesar 0,89 persen dan 0,58 persen. Properti dan real estat mengalami penurunan 0,35 persen. Sedangkan industri dan energi hanya turun tipis masing-masing sebesar 0,1 persen dan 0,03 persen.
Baca Juga:Filipina dan Australia memulai patroli laut dan udara di Laut Cina SelatanGanjar tampil ofensif jelang musim kampanye
Total volume transaksi saham mencapai 21,7 miliar lembar saham atau senilai Rp 8,7 triliun (US$556,8 juta). Dari seluruh saham tercatat, 276 saham melemah, 245 saham menguat, dan 231 saham stagnan.
Indeks LQ45 pun ditutup positif dengan naik 0,15 persen menjadi 924,866. Bank Jago (ARTO) memimpin kenaikan dengan kenaikan 8,04 persen, disusul PT Mitra Adiperkasa (MAPI) yang menguat 2,29 persen.
Di sisi lain, PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) mencatatkan kerugian terbesar hari ini dengan turun 2,76 persen. PT Kalbe Farma (KLBF) menyusul dengan penurunan 2,74 persen.
Menurut Janson Nasrial, direktur asosiasi kepala penelitian di PT Fokus Finansial, BEI telah menyaksikan arus keluar yang besar sebesar $921 juta.
Namun, aliran masuk obligasi pemerintah (SUN) yang cukup besar sebesar $4,1 miliar menunjukkan adanya pergeseran investor asing dari saham ke SUN, dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2024.
“[Pergeseran] ini akan membuat indeks mencapai 7.050 pada akhir tahun 2023 dan pada 2024 menjadi 7.300. Ditambah lagi investor masih wait and see pada pemilu Januari-Februari 2024 yang juga akan membuat pasar sepi dan nilai transaksi di bawah Rp 1 triliun [$64 juta],” ujarnya, Jumat, seperti dikutip oleh Investor.id.
Meski berhati-hati, Janson menyoroti sinyal positif dari hasil rapat gubernur Bank Indonesia, yang menyarankan penurunan suku bunga acuan pada tahun 2024, yang sejalan dengan perkiraan global. Ekspektasi ini mendukung indeks yang mengakhiri tahun ini di atas 7.050, dengan potensi “window dressing.”