PARA pejabat Amerika Serikat semakin menyarankan agar Otoritas Palestina (OP) harus memerintah Gaza setelah Israel mencapai tujuannya untuk melenyapkan Hamas, kelompok yang saat ini menguasai wilayah tersebut.
Namun para analis memperingatkan bahwa usulan tersebut mungkin tidak realistis dan prematur, karena perang Israel-Hamas mendekati awal minggu ketujuh.
Presiden AS Joe Biden dan para pembantu utamanya telah berulang kali menyatakan dukungan penuh terhadap serangan Israel di Gaza, namun Washington tetap memberikan indikasi tentang apa yang ingin mereka lihat setelah konflik tersebut.
Baca Juga:Seorang Pria Dianiaya Secara Fatal oleh Harimau Peliharaan MajikannyaKasus Arisan Bodong Online, Divonis Bersalah Bisa Tetap Kembalikan Uang Korban?
Pemerintahan Biden mengatakan mereka tidak mendukung kehadiran militer Israel tanpa batas waktu di wilayah tersebut, dan menentang pengurangan jumlah wilayah yang terkepung atau menggusur penduduknya secara permanen.
Namun jika Israel berhasil mengusir Hamas dari Gaza – sebuah tujuan yang belum pasti – membawa OP kembali ke Gaza akan menghadapi banyak rintangan, termasuk perlawanan dari Israel.
Awal bulan ini, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas tampaknya mendukung kembalinya otoritas ke Gaza dengan syarat bahwa “solusi politik” terhadap konflik tersebut tercapai, termasuk pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
“Pada beberapa tingkat yang berbeda, ini hanyalah mimpi belaka,” kata Osamah Khalil, seorang profesor sejarah di Universitas Syracuse, tentang penyerahan Gaza kepada Otoritas Palestina.
Mengapa AS mendorong hal ini?
Khalil mengatakan pemerintahan Biden menghadapi tekanan yang meningkat atas dukungannya terhadap Israel, karena kekejaman yang dituduhkan dilakukannya di Gaza. Setidaknya 11.500 warga Palestina telah terbunuh sejauh ini, dan para ahli PBB memperingatkan adanya “risiko besar genosida” di wilayah tersebut.
Jadi kubu Biden mencoba mengalihkan fokus ke penyelesaian konflik, dengan menegaskan bahwa Palestina pada akhirnya harus memerintah Gaza sendiri, jelas Khalil.
“Ini untuk audiens domestik karena sama sekali tidak ada kemauan politik di Amerika – terutama menjelang tahun pemilu – untuk meminta pertanggungjawaban Israel,” Khalil mengatakan kepada Al Jazeera.
Baca Juga:Pemilihan Presiden Indonesia Telah Dimulai! Prabowo-Gibran MemimpinDensus 88 Tangkap Terduga Teroris di Sulawesi dan Jawa Tengah
Dia menambahkan bahwa “ada kekurangan ide-ide segar di Washington”, yang mengarah pada kebijakan “menghindari resolusi konflik dan fokus pada manajemen konflik”.
Baik AS maupun Israel telah mengesampingkan kemungkinan berunding dengan Hamas secara politik setelah perang.