WARGA Bireun, Aceh menolak kapal pengungsi Rohingya yang membawa 249 orang, sehingga mereka tidak bisa turun.
Kapal kayu tersebut tiba di tepi pantai Desa Pulo Pineung Meunasah Dua, Kecamatan Panjang Bireuen, Kamis (16/11), Sabtu (18/11).
Kepala Desa Pulo Pineung, Mukhtaruddin menjelaskan, warga langsung menuju lokasi setelah mengetahui kedatangan lebih banyak pengungsi Rohingya yang kerap melakukan pendaratan di Aceh.
Baca Juga:Ascott Jakarta Dukung Bisnis dan Seni LokalRS Indonesia di Gaza Berhenti Beroperasi Karena Kekurangan Perbekalan Medis
Mukhtaruddin mengatakan penolakan tersebut bukan tanpa alasan. Menurutnya, mereka kerap menimbulkan masalah bagi masyarakat sekitar. “Sentimen yang populer adalah sebagian besar dari mereka dipandang berperilaku buruk,” katanya.
Setelah ditolak di Bireuen, kapal melanjutkan perjalanannya dan tiba di Desa Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara. Namun warga di sana juga menolaknya.
Kapolres Lhokseumawe AKBP Henki Ismanto mengatakan, penolakan masyarakat terhadap kedatangan pengungsi Rohingya karena tidak tersedianya tempat penampungan serta kesan buruk yang diberikan para pengungsi sebelumnya yang dianggap tidak menghormati norma-norma masyarakat yang berlaku di Aceh.
“Para pengungsi tidak menjaga kebersihan serta tidak mengindahkan syariat Islam dan adat istiadat yang dianut masyarakat,” jelas Henki.
Karena rasa iba, warga memberikan bantuan berupa makanan, air minum kemasan, dan mie instan kepada para pengungsi. Namun, para pengungsi malah membuangnya ke laut. (*)