Sebagaimana saya jelaskan di atas, jika hal itu saya lakukan maka sama halnya saya menghukum diri saya sendiri karena tidak sesuai dengan keyakinan saya sebagai hakim dalam memutus perkara. Bahkan secara logis sangat mudah bagi saya untuk sekedar menyelamatkan diri sendiri dengan tidak ikut memutus perkara tersebut.
Karena jika niat saya dan para hakim konstitusi untuk memutus perkara tersebut ditujukan untuk meloloskan pasangan calon tertentu, toh juga bukan kami yang nantinya punya hak untuk mengusung calon Presiden dan calon Wakil Presiden. Dan yang akan menentukan siapa calon pasangan terpilih kelak tentu rakyatlah yang menentukan hak pilihnya melalui pemilihan umum.Â
Telah berulang kali saya sampaikan di hadapan publik nukilan ayat Quran dan kisah-kisah di zaman Rasulullah dan para sahabat tentang pentingnya berlaku adil apalagi bagi seorang hakim. Namun, fitnah yang keji justru datang kepada saya bahwa saya dianggap menggunakan dalil agama untuk kepentingan tertentu.
Baca Juga:Israel ‘Merencanakan Kebohongan Publik’ untuk Menyerang Rumah Sakit Indonesia di GazaPersahabatan Israel-Indonesia Punya Potensi Besar, Begini Penjelasan Alumni UGM Heru Subagia
Padahal hal tersebut saya lakukan karena merupakan keyakinan saya sebagai seorang muslim dan berlatar belakang yang merupakan alumni Pendidikan Guru Agama Islam.
Saya tidak pernah berkecil hati sedikitpun terhadap fitnah yang menerpa saya, keluarga saya selama ini, bahkan ada yang tega mengatakan MK sebagai Mahkamah Keluarga. Masya Allah. Mudah-mudahan diampuni oleh Allah SWT.
Namun fitnah keji yang menerpa saya, bahwa saya memutus perkara tertentu berdasarkan kepentingan pribadi dan keluarga, hal itulah yang harus diluruskan. Seorang negarawan harus berani mengambil keputusan demi generasi yang akan datang.
Berbeda halnya dengan politisi yang mengambil keputusan berdasarkan kepentingan pemilu yang sudah menjelang. Putusan MK sekali lagi tidak berlaku untuk saat ini saja, tetapi berlaku seterusnya.
Saat ini, harkat, derajat, martabat saya sebagai hakim karier selama hampir 40 tahun dilumatkan oleh sebuah fitnah yang amat keji dan kejam. Tetapi saya tidak pernah berkecil hati dan pantang mundur dalam menegakkan hukum dan keadilan di negara tercinta.
Saya tetap yakin bahwa sebaik-baik skenario manusia siapapun untuk membunuh karakter saya, karier saya, harkat dan derajat serta martabat saya dan keluarga besar saya, tentu tidak akan lebih baik dan indah dibandingkan skenario atau rencana Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa.