RATUSAN guru sejarah dari berbagai daerah yang tergabung dalam Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) menggelar Musyawarah Kerja Nasional dan Simposium Nasional Guru Sejarah Ke-5 di Jakarta pada 19-22 Oktober 2023.
Menurut Presiden AGSI Sumardiansyah Perdana Kusuma dalam UU No 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, sejarah juga tidak ditemukan dan tidak termasuk dalam 10 obyek pemajuan kebudayaan.
”Kami berpandangan, perlu ada inisiasi untuk kita bisa melahirkan kebijakan yang berpihak pada sejarah,” ujarnya.
Baca Juga:Jokowi Bakal Lantik KSAD Pengganti Jenderal Dudung AbdurachmanPertemuan Tertutup Jokowi-AHY di Istana
Lebih lanjut Sumardiansyah mengatakan, sejarah Indonesia mempunyai peran penting sebagai identitas nasional dan pembentuk karakter bangsa.
Di negara lain, seperti Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, dan Singapura, memiliki pelajaran sejarah.
”Pada momen ini, kita akan berusaha untuk memperjelas posisi pelajaran sejarah,” jelasnya.
Menurut Sumardiansyah, dalam pelajaran sejarah yang perlu diubah pendekatanya sesuai jenjang. Di tingkat SD, lebih pada sejarah tokoh dan keluarga, di SMP sejarah sosial, manusia, dan lingkungan. Sementara di SMA sejarah dunia atau Indonesia yang dikaitkan dengan nasional dan global.
”Pelajaran sejarah di tiap tingkatan jangan berulang. Dengan pendekatan regresif, pelajaran sejarah berjalan terus ke depan tentang kehidupan manusia. Jadi, pembelajaran sejarah tidak jadi beban dan padat,” kata Sumardiansyah.
Selain itu, guru sejarah akan selalu bersikap bijaksana melalui penghormatan terhadap presiden-presiden RI, para tokoh yang pernah memimpin bangsa dengan menelusuri jejak sejarahnya.
Kemudian, guru sejarah dapat menggali dan menghayati nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Baca Juga:Erick Thohir Bilang FIFA Berikan Jempol Jelang Piala Dunia U-17, Gibran Sulap MobdinReshuffle Kabinet, Jokowi: Lagi Disiapkan
Adapun rekomendasi hasil Rakernas dan Simposium AGSI secara lengkap sebagai berikut:
1. Memperjuangkan frase sejarah Indonesia agar masuk sebagai muatan wajib kurikulum di pendidikan dasar dan menengah dalam UU Sistem Pendidikan Nasional,
2. Menggalang aliansi sejarah dan mewujudkan kerja sama antar organisasi profesi ataupun komunitas kesejarahan (AGSI, MSI, P3SI, PPSI, APSII, KHI, dan lain sebagainya) untuk bergotong royong memajukan dunia kesejarahan,
3. Merekonstruksi sejarah berdirinya AGSI serta pencapaian hingga masa sekarang melalui penelitian dan penerbitan buku sejarah organisasi sebagai warisan identitas bagi anggota pengurus organisasi,
4. Menjadikan sejarah sebagai pembelajaran yang kontekstual, menyenangkan dan bermakna dihadapan murid-murid melalui guru-guru sejarah yang memiliki pola pikir tumbuh (growth mindset), kehidupan berkualitas (well being), berpijak pada fakta dan sumber yang kredibel (literatif), serta berorientasi pada nilai-nilai luhur,