“Bajingan kok suwe tekone” (Bajingan kok lama datangnya), atau “Bajingan gaweane suwe!” (Bajingan lambat kerjanya/jalannya). Seringnya keluhan-keluhan tersebut dilontarkan, kata ‘bajingan’ kemudian mengalami pergeseran makna.Â
Meski awalnya merupakan nama profesi yang mulia, istilah tersebut kemudian berubah menjadi kata umpatan atau makian karena kerap mengecewakan para calon penumpang. Setelah berkembangnya teknologi dan alat transportasi di Indonesia, banyak masyarakat yang kemudian beralih pada alat transportasi yang lain. Hal ini juga menyebabkan semakin langkanya profesi bajingan di wilayah Jawa.
Bersamaan dengan itu, penempatan kata ‘bajingan’ dalam kehidupan sehari-hari, kini telah menjadi tabu dan cenderung negatif. Meskipun tidak dapat dipungkiri, istilah bajingan juga sudah semakin jarang digunakan di luar wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Perubahan zaman telah memengaruhi kehidupan anak muda. Para millenials akan lebih akrab dengan kata ‘anjay’ atau ‘anjir’.Â