Pengamat Politik, Rocky Gerung, dilaporkan ke polisi usai diduga menyebut Presiden Jokowi sebagai ‘bajingan tolol’. Setelah pernyataan itu viral di media sosial, relawan Jokowi seperti Barikade 98 hingga Bara JP, melaporkan akademisi tersebut ke Bareskrim Polri.
Dalam video yang beredar, nampak Rocky Gerung mengkritik kebijakan Jokowi dalam membangun Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Rocky yang tak setuju dengan IKN lantas menyebut Jokowi ‘bajingan tolol’.
“Begitu Jokowi kehilangan kekuasaan dia jadi rakyat biasa, nggak ada yang peduli nanti. Tapi ambisi Jokowi adalah pertahankan legacy. Dia masih ke China nawarin IKN. Masih mondar-mandir dari ke koalisi ke koalisi lain, cari kejelasan nasibnya,” ujar Rocky dalam video.
Baca Juga:Kunjungi Kota Wali, Sekjen DPP AWDI Bicara Pembangunan CirebonPuspom TNI Tetapkan Kabasarnas dan Koorsmin Basarnas Tersangka Suap Pengadaan Alat
“Dia pikirin nasibnya sendiri, dia nggak pikirin kita. Itu bajingan yang tolol. Kalau dia bajingan pintar, dia mau terima berdebat dengan Jumhur Hidayat, tapi bajingan tolol sekaligus pengecut. Bajingan tapi pengecut,” ucap Rocky dalam video tersebut.
Dalam video tersebut Rocky juga mengatakan, akan ada demo buruh yang memprotes hal ini pada 10 Agustus mendatang.
“Kita harus lantangkan ini, saya percaya 10 Agustus akan ada kemacetan di jalan tol (demo). Bukan percaya, saya ingin. Lebih baik macet di tol dari di jalan pikiran. Sejarah menunggu kita, siapa yang dipanggil sejarah untuk mewakafkan waktunya. Tidak ada perubahan tanpa gerakan,” ungkap dia.
Hari ini, saat seseorang melontarkan kata ‘bajingan’, tentunya akan berkonotasi negatif. Padahal, dilihat dari akar historisnya, bajingan adalah profesi yang umum bagi masyarakat Jawa dan telah eksis sejak era kekuasaan Mataram Islam di Indonesia pada abad ke-16 M. Sejak dulu, profesi ini memegang erat kekerabatan dan kerukunan yang diwadahi oleh paguyuban penarik gerobak sapi atau bajingan.
Bajingan merupakan suatu profesi kusir gerobak sapi, sekaligus warisan kearifan lokal yang sudah ada sejak zaman dulu. Menurut sumber sejarahnya, sapi adalah hewan yang paling disukai kerajaan Mataram, dan gerobak sapi berawal dari Kerajaan Mataram yang telah menganut ajaran islam. Bajingan menarik hasil panen yang dihasilkan oleh masyarakat Mataram (meliputi Yogyakarta, dan eks-Karesidenan Surakarta).