Jajang, kuasa hukum keluarga Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage atau Bripda IDF menyebut Bripda Ignatius sering dipaksa meminum minuman keras (miras) dan dicekoki oleh seniornya.
Diketahui, Bripda Ignatius tewas tertembak senjata api (senpi) rakitan ilegal oleh rekannya Bripda IMS dalam peristiwa polisi tembak polisi di Bogor.
“Seniornya itu sering memaksa almarhum Bripda Ignatius untuk minum minuman keras dan sering cekokin minuman keras kepada almarhum. Padahal almarhum tidak suka dan tidak minum minuman beralkohol,” kata Jajang saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (30/7/2023).
Baca Juga:Ganjar Pranowo Akan Hentikan Program Jokowi yang Tak Pas jika Menang PilpresFirli Bahuri Ungkap Kronologi Awal Penanganan Kasus Dugaan Suap Proyek di Basarnas
Menurut Jajang, pihaknya menduga senior yang mencekoki Bripda Ignatius dengan miras itu merupakan tersangka Bripka IG. Menurut Jajang, Bripda Ignatius juga sering menolak perintah seniornya, terutama berkaitan dugaan transaksi senpi ilegal. Sikap Bripda Ignatius itu diduga menimbulkan rasa jengkel dan marah seniornya.
“Karena adanya peredaran dan transaksi senpi ilegal tersebut kami duga almarhum Bripda Ignatius tidak mau bekerja sama dengan para tersangka IMS dan IG untuk bisnis gelap senpi tersebut,” ucapnya.
Untuk itu, Jajang menduga Bripda Ignatius merupakan korban pembunuhan berencana yang dilakukan oleh tersangka IMS dan IG. Hal itu dilihat dari jeda waktu mengisi amunisi dan memasukan magasin senpi yang dilakukan oleh tersangka IMS
“Sebelum korban almarhum Bripda Ignatius masuk ke kamar saksi AN yang kami duga ditembak dengan menodongkan senpi lansung ke arah yang mematikan,” tutur Jajang.Tidak hanya itu, Jajang juga mengungkapkan bahwa sebelum meninggal, almarhum sering bercerita kepada pacarnya mengenai ketakutannya atas perilaku para seniornya.
“Oleh sebab itu almarhum sering berpesan minta doa kalau ada kegiatan pertemuan dengan seniornya. Jadi bukti-bukti komunikasi WA antara orang tua almarhum, pacar almarhum itu masih kami simpan,” katanya. (*)