Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri membongkar alasan kerap kali menyebut Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sebagai Petugas Partai.
Hal itu disampaikan Megawati saat memberikan sambutan di peresmian Kebun Raya Mangrove pertama di Indonesia, di Gunung Anyar, Surabaya, Rabu (26/7).
Dalam sambutannya, Megawati yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu mengaku kerap dikritik karena menyebut Jokowi sebagai Petugas Partai.
Baca Juga:KPK: Kabasarnas Dkk Diduga Terima Suap Rp 88,3 MKabasarnas Tersangka Dugaan Suap Pengadaan Alat
Dia mengatakan status petugas partai itu disematkan karena Jokowi adalah kader PDIP dan juga bisa menjadi pemimpin pemerintahan berkat dicalonkan oleh partainya.
“Lah yang namanya perundangan Republik Indonesia, baca kalian, bahwa yang namanya calon presiden itu apa sih, diusung oleh satu partai atau dan beberapa partai. Orang itu jelas lho, kok terus saya yang di-bully, ‘gak boleh nyebut kader, itu petugas partai itu apa’,” kata Megawati.
Megawati menegaskan Jokowi jelas merupakan kader PDIP. Dia jugalah yang mencalonkan mantan Wali Kota Solo itu sebagai presiden. Oleh karena itu, ia pun merasa berhak menyebutnya sebagai petugas partai.
“Oh saya bilang Pak Jokowi petugas partai. Hayo mau di-bully lagi? Lho yang nyalonkan [jadi pemimpin pemerintahan] saya, yang lain ngikut,” ucap Mega yang dikenal pula sebagai Presiden kelima RI itu (2001-2004).
Megawati juga mengaku kesal tiap mendengar kritikan semacam itu. Ia menyebut, pengucapan ‘petugas partai’ sudah lazim di kalangan PDIP.
“Saya aja di-bully, enggak boleh ngomong kader, enggak boleh ngomong petugas partai. Saya bilang bodo amat, lha orang partai kita emangnya gitu,” ujar dia.
“Lha kok yang lain ikut mau nimbrung-nimbrung intervensi, ya enggak lah. Ya kalau kamu mau ngikut [cara] kita, ya ikut ae kamu bilang ini kader,” imbuh Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu. (*)