Koalisi partai tergabung dalam sekutu PDIP tidak berkembang alias stagnan. PDIP tidak berhasil menggaet partai besar atau menengah. Hanya mendapatkan partai non parlemen seperti Hanura dan Perindo. Partai parlemen yang merapat ke PDIP hanya diikuti oleh PPP.
Banyak komunikasi dan penjajakan politik PDIP dengan partai lain gagal untuk mencapai tujuan politiknya menambah jumlah koalisi partai yang bergabung PDIP untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024.
Pencapresan Ganjar Pranowo juga mengalami stagnasi politik yang akut . Justru sebaliknya, paska dicapreskan resmi oleh PDIP elektabilitas Ganjar Pranowo tergelincir di bawah Prabowo Subianto. Ganjar Pranowo selalu kalah dengan Prabowo Subianto dalam pencapaian puncak elektabilitas capres.
Baca Juga:Publisher Rights dan Good Journalism Berhadapan dengan GoogleKontroversi Pernikahan Kaesang-Erina, Pemerintah Abai Adanya Prokes Pertanda Tidak Ada Covid-19 di Indonesia
Temuan lembaga survei Indikator Politik Indonesia (IPI) merilis survei elektabilitas terhadap 3 bacapres potensial. Hasilnya, Prabowo Subianto unggul 36,8 %, sementara Ganjar Pranowo 35,7 % dan Anies Baswedan 21,5 %.
Sementara hasil survei ARCI dalam elektabilitas simulasi capres tiga nama, Prabowo Subianto unggul atas Ganjar dan Anies Baswedan. Survei ini semakin meyakinkan tren Prabowo terus meningkat (18/7/2023).
Hasil survei itu menunjukkan elektabilitas Prabowo Subianto di angka 33,7%. Sementara Ganjar Pranowo di angka 30,5% dan Anies Baswedan di angka 23,3%.
Terdapat bukti meyakinkan jika elektabilitas Ganjar Pranowo sudah kalah dengan Prabowo Subianto dan secara konstan berada diurutan kedua. Tinggal PDIP dan juga tim sukses Ganjar Pranowo menghitung berapa besar tingkat kekalahannya, mencari sumber bencana Kekalahan dimana dan tentunya mencari calon keluar secepatnya untuk mengejar dan mengembalikan elektabilitas Ganjar Pranowo ke nomor satu kembali.
Ada yang menjadi pertanyaan, jika menganut paham Teori Konspirasi ada dugaan kesengajaan elektabilitas Ganjar Pranowo dibuat turun dan menghindari puncak klasemen pencapresan dengan tujuan menghindari persaingan dan kekerasan politik yang ditujukan ke Ganjar Pranowo sehingga tidak banyak kebocoran dan juga kelemahannya diambil dan dipublikasikan untuk manuver kampanye hitam.
Skenario kedua dalam teori konspirasi mengatakan justru Ganjar Pranowo dibuat jatuh dan akan dibuat pelemahan kekuatan politiknya secara gradual. Tujuannya jelas jika Ganjar Pranowo akan dikatakan capres tidak laku dan tidak memenuhi kriteria pencapresan dengan melihat trend survei elektabilitasnya semakin jeblok. Dengan demikian Ganjar Pranowo akan mudah dianulir oleh pihak partai politik sendiri atau dorongan pihak lain agar Ganjar Pranowo secara pribadi mengundurkan diri atau lengser dari capres.