Pihak berwenang pun belum mengungkapkan ke mana atau mengapa mantan anak didik Presiden Xi Jinping yang berusia 57 tahun itu menghilang.
Penggantinya adalah diplomat top, yang secara hierarki berada di atas Qin, Wang Yi.
Wang Yi, yang diakui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan sebagai sahabatnya, dikenal juga sebagai menjadi kaki tangan Partai Komunis dalam hubungan luar negeri.
Baca Juga:Kunjungan Taliban ke Jakarta, Bawa Apa?Beredar Surat Bank Mandiri Minta Tak Ada Lagi Penyaluran Kredit Bagi Pegawai BUMN Karya
Analis mengatakan pergantian kepemimpinan yang tiba-tiba dari Qin ke Wang di kementerian luar negeri diperkirakan akan menyebabkan gangguan di jajaran diplomatik Beijing.
“Ini sangat memalukan bagi China,” kata Nicholas Bequelin, seorang rekan senior di Paul Tsai China Center Universitas Yale, mengutip Al Jazeera.
“Qin Gang, menteri luar negeri, adalah wajah publik China dengan dunia di panggung internasional dan sulit untuk melebih-lebihkan dampak negatif yang ditimbulkannya di antara para diplomat di seluruh dunia,” katanya.
Qin juga dikenal sebagai salah satu penasihat Xi yang paling tepercaya.
Qin Gang dipilih sendiri oleh Xi sendiri untuk melompati lebih banyak kandidat mapan untuk menjadi menteri luar negeri tahun lalu,” ujar Neil Thomas, dari Institut Kebijakan Masyarakat Asia.
“Jadi dia benar-benar pilihan kapten, bahkan lebih dari banyak sekutu Xi lainnya dalam hal kecepatan kenaikan mereka melalui jajaran Partai Komunis.”
Bequelin mencatat bahwa Xi sendirilah yang mengarahkan arah kebijakan luar negeri China, dengan Wang ditugaskan untuk mengimplementasikan strategi tersebut.
Baca Juga:Usai Pemeriksaan Airlangga Hartarto, Drama Ancaman Tembak Keluar dari Mulut PengawalPotensi Tarik Iklan, Media Sosial Threads Milik Meta Jadi Sorotan
“Qin Gang, sebagai menteri luar negeri, adalah orang yang menjalankan mesin sehari-hari. Tapi itu tetap sangat penting karena diplomat mengandalkan kepercayaan, saling mengenal, pada kemampuan untuk menjangkau satu sama lain. Jadi sangat memprihatinkan ketika menteri luar negeri menghilang selama sebulan tanpa penjelasan yang tepat,” katanya.
Bequelin berargumen bahwa perkembangan tersebut menyadarkan kembali orang-orang bahwa China tidak dapat diprediksi – bahwa kapan saja orang dapat menghilang, bahwa seseorang tidak memiliki jaminan apa yang akan terjadi pada hari berikutnya.
“Saya pikir itu adalah pengingat yang coba dihindari oleh China karena menempatkan dirinya sebagai semacam arsitek yang sangat stabil, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan dari tatanan dunia baru yang seharusnya datang setelah yang dipimpin AS,” tambahnya. (*)