Salah satu hal unik dari temuan forensik meninggalnya keluarga Kalideres adalah Tamoxifen yang terdapat dalam hati Reni Margareta. Lantas, apa itu Tamoxifen?
Tamoxifen adalah obat oral harian yang dipakai sebagai terapi hormon untuk mengobati kanker payudara. Obat ini dipercaya dapat mengurangi risiko kekambuhan kanker dikutip dari Cleveland and Clinic.
Obat ini telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) pada 1998 dan menjadi salah satu perawatan kanker payudara yang paling banyak digunakan. Dikarenakan tergolong obat keras, Tamoxifen hanya bisa didapatkan melalui resep dokter.
Baca Juga:Beredar Video Ferdy Sambo Keceplosan Akui Tembak Punggung Yosua, Dibantah Pengacara Rasamala AritonangAnies Baswedan Tawarkan Rekam Jejak, Visi Misi Masih Berbentuk Imajinasi
Tamoxifen dikonsumsi wanita dan pria dengan kanker payudara hormon reseptor-positif, yaitu tumor kanker yang membutuhkan hormon estrogen atau progesteron untuk berkembang. Dalam penggunaannya, obat ini cocok untuk seseorang yang berisiko tinggi terkena kanker payudara karena gen atau mencegah sel kanker tumbuh kembali (return).
Dugaan VSED
Terdapat hipotesa awal kematian mereka didasari oleh ritual ‘berpuasa sampai mati’ atau Voluntary Stop Eating and Drinking (VSED). Sebab, hasil otopsi menyatakan kondisi lambung keempat anggota keluarga tersebut kosong lantaran tidak mendapatkan makanan dalam waktu lama.
Terlebih, sebelumnya sempat ditemukan mantra dan alat ritual keagamaan di rumah keluarga tersebut. Namun, dugaan tersebut dibantah oleh tim forensik.
“Keempat-empatnya cara kematiannya mengarah pada cara yang natural, tidak pada cara kematian yang lain. Dapat ditepis karena sekte atau VSED,” kata Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (APSIFOR) Reni Kusumowardhani dalam keterangan pers, Jumat (9/12/2022).
Jenazah yang Tidak Dimakamkan
Hal yang mungkin membingungkan masyarakat adalah jasad yang dibiarkan begitu saja tanpa adanya proses pemakaman. Apa yang sebenarnya terjadi?
Menurut Reni Kusumawardani, ekonomi yang tidak memadai dan selera proses pemakanan yang mewah jadi alasan mengapa jasad Rudyanto Gunawan dibiarkan di dalam rumah.
Selain itu, diketahui mereka telah mengasingkan diri selama 20 tahun sehingga sungkan meminta bantuan oleh orang lain, termasuk keluarga.
Baca Juga:UU KUHP Tak Pengaruhi Kegiatan WNA untuk Wisata, Bisnis dan Investasi di IndonesiaSidang Kasus Pembunuhan Berencana dan Obstruction of Justice Terhadap Brigadir J, Berikut Faktanya di Persidangan Ferdy Sambo
“Ada perilaku mengalienasi atau mengasingkan diri mereka sejak lama sekitar 20 tahunan. Sehingga komunikasi dengan kerabat sudah terputus, ini mengakibatkan mereka sungkan dan enggan untuk meminta pertolongan atau dukungan,” tutur Reni. (*)