“Diminta istri saudara untuk tidak menghubungi mereka? Saudara dilarang menghubungi aparat setempat padahal saudara mampu melakukan hal itu dan saudara dilarang bercerita kepada mereka?” tanya hakim.
“Saya mampu. (Tetapi) dilarang menanyakan kejadian tersebut karena kekuatiran istri saya terhadap keselamatannya,” jawab Sambo.
Sambo bersikeras tak memerintahkan Bharada E tembak Brigadir J
Dalam kesaksiannya di sidang pada Rabu, Sambo bersikeras mengaku tak memerintahkan Bharada E untuk menembak Brigadir J saat peristiwa yang terjadi di rumah dinasnya di Komplek Polri Tanjung Duren, Jakarta Selatan, 8 Juli lalu. Dia mengaku hanya memerintahkan Richard untuk menghajar Yosua saat itu.
Baca Juga:Momen Bupati Meranti Protes Saat Rapat Pendapatan Belanja Daerah se-Indonesia: ‘Ini Orang Keuangan Isinya Ini Iblis atau Setan’Kematian Keluarga Kalideres: Kasus Rumit, Bukan Penganut Sekte, Tak Ada Zat Beracun di 4 Jasad Korban, Penyidikan Ditutup
“Saya bilang ‘kamu kurang ajar!’, saya perintahkan Richard untuk ‘hajar Chard’,” kata Sambo.
“Bagaimana saudara perintahkan Richard?” tanya hakim.
“‘Hajar Chard! Kamu hajar Chard!’ kemudian ditembaklah Yosua sambil maju sampai roboh. Itu kejadian cepat sekali Yang mulia, tidak sampai sekian detik,” jawab Sambo.
Ferdy mengaku panggil ambulans usai penembakan, berpikir Brigadir J masih bisa diselamatkan
Ferdy Sambo mengaku memerintahkan ajudannya memanggil ambulans usai penembakan terhadap Brigadir J. Mantan Kadiv Propam Polri itu berpikir nyawa anak buahnya itu masih bisa diselamatkan setelah ditembak Bharada E. Ketika Brigadir J ditembak dan tersungkur, Sambo mengaku panik dan sempat meminta Bharada E berhenti menembak.
Sambo lalu keluar dan bertemu ajudannya, Adzan Romer, di garasi. Dia meminta Romer melihat Putri Candrawathi di dalam. Kemudian Sambo meminta ajudan sopirnya, Prayogi, untuk memanggil ambulans. “Saya keluar ketemu Prayogi. Saya sampaikan ‘Kamu panggil ambulans’ karena saya berpikir mungkin masih bisa dibawa ke rumah sakit Yang Mulia,” kata Sambo.
Sambo mengaku tembak dinding untuk membuat skenario tembak menembak
Menurut Ferdy Sambo, setelah Bharada E menembak Brigadir J, dia kemudian berinisiatif menembakkan beberapa peluru ke dinding. Pistol yang digunakannya diambil dari pinggang Brigadir J. Ia mengaku, berdasarkan pengalamannya, yang paling memungkinkan adalah peristiwa tembak-menembak antar ajudan.
“Setelah itu saya juga melihat bahwa ini harus ada bekas tembakan Yosua. Kemudian, saya mengambil tangan Yosua. Kemudian, menggenggam senjata milik Yosua dan menembakkan ke lemari sebelah atas Yang Mulia. Kemudian setelah itu saya mengelap senjata Yosua dengan masker, saya letakan di samping Yosua,” kata Ferdy Sambo.