PAKAR sosiologi agama Jamhari MA mengatakan bahwa sejumlah ayat dan mantra-mantra ditemukan di rumah keluarga tewas di Kalideres. Jamhari menyebut korban Budiyanto Gunawan (68) sebagai paman dalam keluarga itu mempunyai kecenderungan perdukunan sejak mahasiswa.
“Ada juga ayat-ayat yang tertulis dalam kertas itu ayat yang biasa dipakai untuk mencari kesejahteraan ataupun kekuatan batin dalam mengarungi hidup,” kata Jamhari dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Jumat (9/12/2022).
“Ini mungkin dengan apa yang disampaikan temuan dari psikologi tadi bahwa ada dari keluarga tersebut, terutama dari Bapak Budi Gunawan, yang mempunyai kecenderungan klenik dan perdukunan sejak mahasiswa,” imbuhnya.
Baca Juga:Guru Besar UI Minta Kemlu Usir Perwakilan PBB di Indonesia yang Komentari KUHP BaruLegislator Setuju Usulan Prof UI yang Minta Kemlu Usir Perwakilan PBB di Indonesia Ikut Komentar KUHP Baru
Jamhari mengatakan ritual-ritual yang dilakukan keluarga itu bukan sesuatu yang aneh. Dia menyebut ritual itu juga sering dilakukan di masyarakat umum.
“Ini sesungguhnya ritual-ritual yang dilakukan oleh keluarga ini, itu juga sesungguhnya bukan aneh, karena orang di luar sekte pun atau orang kebiasaan biasa pun juga melakukan ritual-ritual yang seperti yang dilakukan keluarga ini,” sebut dia.
Mantra-mantra yang digunakan oleh keluarga tersebut, kata Jamhari, bukanlah yang spesial. Dia menekankan mantra itu bukan menunjukkan sekte tertentu.
“Misalnya tadi digunakan ayat (Surah) Yusuf untuk mencari jodoh dan seterusnya juga dilakukan oleh kebanyakan orang. Jadi ini adalah bukan mantra atau wafak yang spesial menunjukkan sekte tertentu,” sebut dia.
Lebih lanjut, Jamhari mengatakan keluarga yang tewas itu adalah orang-orang yang wajar. Dia menilai keluarga Kalideres ini melakukan ritual keagamaan untuk pengobatan.
“Saya berpendapat bahwa mereka adalah orang-orang wajar, orang-orang normal yang mungkin saja mereka melakukan ritual keagamaan untuk mendapatkan kesembuhan karena mereka sedang sakit atau juga untuk membantu masalah yang sedang dihadapi, misalnya mencari jodoh atau yang lain,” jelasnya.
Sementara itu, Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengatakan sekeluarga ini menggunakan cara yang tidak biasa untuk menyembuhkan penyakitnya. Henki menyebut sekeluarga itu tidak pernah menggunakan BPJS dalam 2 tahun.
Baca Juga:Komisi X DPR Dapat Informasi Jerman Bakal Tarik Akademisinya di Indonesia Buntut KUHP DisahkanSesalkan Komentar Duta Besar Amerika Serikat Tentang KUHP Baru, Legislator: Dubes AS Tidak Layak Campuri Urusan Domestik Indonesia Terutama Lahirnya Produk Politik
“Dari keempat orang ini semasa hidupnya mereka tidak menggunakan cara-cara yang biasa untuk menyembuhkan penyakitnya. Sebagai contoh kita adakan penelusuran dari BPJS, selama 2 tahun BPJS juga tidak pernah digunakan,” kata Hengki dalam jumpa pers tersebut.