Kata pilar dan dasar negara, dua kata yang memiliki makna sangat berbeda, oleh karena itu frasa dasar negara tidak bisa diganti dengan istilah apa pun.
Pemikiran ini harus diluruskan dan disosialisasikan agar tidak dimanfaatkan pihak tertentu karena dapat merugikan masa depan bangsa. ”Kekeliruan fatal seperti ini tidak bisa dibiarkan berlangsung begitu saja. MK sudah membatalkan istilah itu, pemerintah harus mengembalikan posisi Pancasila sebagai dasar negara, bukan pilar lagi,” tegasnya.
Terpisah, pengamat Politik dan Intelijen dari Indonesian Political Watch (IndoPol Watch) Bondhan W mengatakan sosialisasi Pancasila oleh pemerintah dan MPR selama ini pun terbatas di kalangan atas yang sudah paham Pancasila.
Baca Juga:Pengungkapan Kasus Sekeluarga Tewas di Kalideres RumitElon Musk Bekukan Layanan Berbayar, Twitter Blue
Sosialisasi itu mestiya terhadap kelompok masyarakat akar rumput dan terhadap kelompok-kelompok yang berseberangan dengan Pancasila.
Pemerintah mudah mengidentifikasi, kelompok mana yang perlu diberi pemahaman secara mendalam dan lengkap mengenai Pancasila dan butir-butir yang terkandung di dalamnya. Kelompok ini malah dengan terang-terangan melakukan pawai keliling di beberapa kota menjelang hari Lahir Pancasila.
Penggemar ideologi yang berseberangan dengan Pancasila ini sudah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, instansi pemerintah, dan bahkan perguruan tinggi. Aktivitas mereka tertutup, tetapi dapat dipantau melalui sejumlah hal yang mereka tampilkan atau perkenalkan.
”Saya kira intelijen kita tahu siapa mereka itu. Nah, kelompok yang berseberangan dengan Pancasila ini mestinya sesering mungkin mendapatkan penjelasan dan pendalaman tentang Pancasila,” kata Bondhan.
Ia mengatakan, ada sebagian masyarakat yang belum memiliki listrik, air bersih, dan infrastruktur jalan yang memadai, tetapi mereka sangat Pancasilais dalam kehidupan sehari-hari. Sementara kelompok yang berseberangan dengan Pancasila ini menikmati sarana dan prasarana yang begitu lengkap dihadirkan pemerintah.
Bung Karno yang menggali nilai-nilai Pancasila sambil duduk merenung di bawah pohon sukun. Jangan sampai nilai-nilai Pancasila yang digali Soekarno ini kemudian dikuburkan oleh generasi sekarang dan yang akan datang melalui paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila.
”Bila perlu, pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila digalakan lagi di sekolah-sekolah dan masyarakat umum,” katanya. (*)