PENASIHAT Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan dikabarkan telah mengadakan pembicaraan rahasia dengan para pejabat tinggi Rusia. Tujuan dari komunikasi tu disebut untuk mengurangi risiko perang di Ukraina yang makin meluas atau meningkat menjadi konflik nuklir.
Seperti dilansir Reuters, surat kabar Wall Street Journal pada Ahad, 6 November 2022, mengutip pejabat Amerika dan sekutunya, melaporkan bahwa Sullivan, ajudan utama Presiden Joe Biden, mengadakan percakapan rahasia dalam beberapa bulan terakhir dengan staf Kremlin Yuri Ushakov dan sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev.
Gedung Putih menolak mengomentari laporan itu. Kantor Biden hanya menanggapi pertanyaan mengenai cerita itu dengan menyebut orang-orang mengklaim banyak hal. Para pejabat tidak memberikan tanggal atau jumlah panggilan.
Baca Juga:Hadiri Perayaan HUT ke-8 Partai Perindo, Jokowi Ingatkan Para Ketua Umum Partai Politik Berhati-hati Tentukan CapresnyaSaat Singgung Kemenangan di Pilpres 2014 dan 2019, Jokowi: Kelihatannya Setelah Ini Jatahnya Pak Prabowo
Kremlin pada Senin, 7 November 2022, menolak berkomentar atas laporan Wall Street Journal mengenai komunikasi Washington dan Moskow untuk meredakan perang di Ukraina. “Kami tidak punya apa-apa untuk dikatakan tentang publikasi ini,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.
Peskov juga menolak mengomentari Washington Post yang mewartakan Amerika Serikat telah mendorong Ukraina memberi sinyal terbuka untuk pembicaraan dengan Rusia, setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengesampingkan negosiasi dengan Kremlin selama Putin berkuasa.
“Ya, kami tidak tahu apakah itu masalahnya atau tidak. Sekali lagi saya ulangi bahwa ada beberapa laporan yang benar, tetapi sebagian besar ada laporan yang murni spekulasi,” kata Peskov.
Dalam beberapa bulan terakhir, hanya ada sedikit kontak tingkat tinggi antara pejabat Amerika dan Rusia. Sebab, Washington berkukuh bahwa setiap pembicaraan untuk mengakhiri perang di Ukraina diadakan antara Moskow dan Kyiv.
Percakapan yang dilaporkan terjadi ketika Barat menuduh Moskow meningkatkan retorika nuklir. Rusia berulang kali menuduh Kyiv berencana menggunakan “bom kotor” radioaktif, tanpa memberikan bukti.
Kyiv membantah tuduhan tersebut. Sementara negara-negara seperti Amerika Serikat dan sekutu menyalahkan Kremlin. (*)