Ia lalu melihat sosok jenazah yang berada di samping tangga rumah dinas Ferdy Sambo itu. Jenazah itu dalam keadaan tergeletak dan berlumuran darah.
Seorang petugas lalu menyuruhnya untuk mengecek nadi dari tubuh yang tergeletak di lantai tersebut. “Saya disuruh salah satu anggota untuk cek nadinya. Saya cek sudah tidak ada nadinya,” katanya.
Saat mengecek nadi jenazah itu, Syahrul mengaku telah menggunakan sarung tangan karet. Ia kemudian meminta izin untuk mengambil kantong jenazah setelah diminta untuk mengevakuasi.
Baca Juga:Pengamat Nilai Dinamika Relawan Ganjar Pranowo Tercerai -berai, Semakin Tidak SolidEvakuasi Jenazah Brigadir J, Sopir Ambulans Bingung Bawa Jasad Yosua Dibawa ke IGD
“Saya bilang izin, saya ambil kantong jenazah. Emang ada kamu kantong jenazah? Saya bilang enggak ada,”
Karena tidak ada, Syahrul pun mengambil kantong jenazah yang bertuliskan Korlantas Polri. Kepada petugas, Syahrul mengaku bahwa dirinya merupakan mitra kepolisian Jakarta Timur untuk mengevakuasi kecelakaan di wilayah tersebut.
“Katanya, oh mitra polisi, ya sudah minta tolong ini dievakuasi,” kata Syahrul menirukan petugas itu.
Saat mengevakuasi, Syahrul pun melihat darah segar keluar dari tubuh jenazah. Ia juga melihat bekas tembakan pada tubuh jenazah itu. Luka tersebut diungkapkan Syahrul berbentuk bolong. Ia mengungkapkan tidak melihat luka selain di dada jenazah.
“Ada darah. Saya enggak ngerti apa keluar dari kepala, atau genangan darah. Karena itu juga wajah ditutup masker, saya enggak buka-buka. Luka tembak di dada,” kata dia.
Jenazah tersebut lalu dimasukkan ke kantong jenazah namun kantong tersebut tidak muat. Ia lalu melipat kakinya sedikit lalu menutup kantong tersebut dengan menutup resletingnya. Setelah itu dibawa menggunakan tandu untuk dimasukkan ke ambulans. (*)