Tak lama setelah itu, sejumlah pengunjung kompak pingsan dan mengalami kondisi henti jantung dan sebagian lainnya kesulitan bernapas.
Dilaporkan CNN, pihak berwenang pertama kali menerima panggilan darurat sekitar 22.24 waktu setempat. Para pelapor menuturkan banyak orang terkubur di bawah kerumunan orang.
Namun, saat tiba di tempat kejadian, pihak berwenang tidak menemukan ada kebocoran gas atau kebakaran.
Minim Pengamanan Polisi
Baca Juga:Terungkap Anak Keempat Ferdy Sambo-Putri Candrawathi Hasil AdopsiMengungkap Sosok Kuat Ma’ruf yang Berani Melarang Ajudan hingga Pegang Tubuh Istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi
Sebagian besar publik sampai saat ini meyakini bahwa tragedi Itaewon murni kelalaian pengamanan dari pihak berwenang. Banyak pihak menuturkan insiden mematikan itu kesalahan manusia dan seharusnya bisa dicegah.
Para pengunjung dan korban selamat juga menuturkan pihak berwenang minim pengawasan di Sabtu malam tersebut. Padahal, sepekan sebelum perayaan Halloween berlangsung, tiket hotel dan tiket pesta sudah terjual habis. Seharusnya, pihak berwenang dinilai sudah memprediksi bahwa keramaian yang tidak biasa akan terjadi di puncak perayaan Halloween tersebut.
Kawasan Itaewon sendiri telah lama populer sebagai tempat perayaan Halloween setiap tahunnya. Sejumlah turis dari negara tetangga termasuk warga Indonesia bahkan rela terbang ke Seoul untuk merayakan Halloween di Itaewon ketika perayaan tersebut makin populer di kalangan negara Asia.
Namun, akibat pandemi Covid-19 dan pembatasan kerumunan, pesta Halloween ditiadakan selama dua tahun terakhir. Festival Halloween pada Sabtu (29/10) itu pun menjadi yang pertama sejak dua tahun lebih sehingga antusiasme publik lebih besar dari tahun-tahun sebelum pandemi.
Sekitar hampir 100 ribu orang disebut “menyerbu” kawasan Itaewon yang terdiri dari jalanan gang-gang kecil selebar 3,2-4 meter itu.
Juliette Kayyem, pakar manajemen bencana dan analis keamanan nasional CNN, mengatakan kepadatan ibu kota mungkin juga berperan dalam tragedi Itaewon.
“Orang-orang di Seoul sudah terbiasa berada di tempat yang padat, mungkin saja mereka tidak terlalu waspada dengan jalan yang penuh sesak itu,” katanya.
Baca Juga:Bharada E Bantah 4 Keterangan Saksi Susi ART Ferdy Sambo di PersidanganTragedi Jembatan Roboh di India, 137 Orang Tewas
“Kepanikan selalu menjadi faktor, dan ada bahaya terlalu terbiasa berada di tempat ramai.”
Kayyem menuturkan sulit untuk menentukan apa yang mungkin memicu naksir itu. Namun, ia mengatakan pihak berwenang “seharusnya sudah mengantisipasi kemungkinan kerumunan lebih banyak akan terjadi sebelum Sabtu malam,” tambahnya.