Taverniti mengkritik upaya penyelamatan dirasa lambat. Tak heran ini menjadi sangat menyakitkan dan tercatat sebagai bencana terburuk di Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir.
“Ini bukan disebabkan oleh orang mabuk. Namun ini karena kurangnya perencanaan, kepolisian, dan layanan darurat,” kata Taverniti dalam video TikTok yang sekarang sudah dihapus.
Saat ini, semua korban dalam musibah ini sudah teridentifikasi. Yang tersisa sekarang kedukaan yang sangat besar.
Baca Juga:Putri Candrawathi Minta Maaf ke Ayah-Ibu Brigadir J: Siap Jalani Sidang dengan Ikhlas dan Ketulusan Hati, Agar Seluruh Peristiwa TerungkapIbu Brigadir J Minta Putri Candrawathi HP Yosua Dikembalikan, Begini Jawaban Febri Diansyah
Kepolisian Korea Selatan terkenal memiliki rencana yang sangat hati-hati guna memastikan kerumunan massa tetap terkendali. Namun, apa yang terjadi pada Sabtu malam, 29 Oktober 2022? Ketika itu, puluhan ribu anak muda Korea Selatan diberi kebebasan untuk bebas dari aturan Covid-19. Walhasil pengunjung yang ingin merayakan halloween di kawasan hiburan malam distrik Itaewon, Seoul, membludak.
Kepolisian saat itu hanya mengerahkan 137 petugas, yang sebagian besar ditugaskan bukan untuk mengarahkan kerumunan para pengunjung, namun untuk memantau kemungkinan tindak kejahatan seperti pelecehan seksual, pencurian dan penggunaan narkoba.
Pada Minggu pagi, 30 Oktober 2022, keputusan itu harus dibayar dengan nyawa. Lebih dari 150 orang yang ingin pesta halloween tewas berdesak-desakan di sebuah gang di Itaewon. (*)