Jejak Aktivis Kemerdekaan Papua, Filep Karma Ditemukan Meninggal di Pantai Base G Jayapura

Jejak Aktivis Kemerdekaan Papua, Filep Karma Ditemukan Meninggal di Pantai Base G Jayapura
Filep Karma sebelumnya pernah divonis 15 tahun penjara karena pidato politik dan mengibarkan bendera Bintang Kejora pada 1 Desember 2004. Foto : Facebook
0 Komentar

FILEP Karma, aktivis kemerdekaan Papua, dikabarkan meninggal dunia pada Selasa pagi ini. 1 November 2022. Jenazahnya ditemukan oleh warga di Pantai Base G, Jayapura, Papua mengenakan pakaian selam. “Diduga Filep Karma, tetapi untuk memastikan masih menunggu konfirmasi keluarganya,” kata Kapolsek Jayapura Utara, Akp Yahya Rumra, kepada Antara.

Keterangan yang dihimpun dari aktivis dan jurnalis di Papua, membenarkan bahwa jenazah yang ditemukan di pantai itu adalah Filep Karma.Disebutkan jenazahnya akan diautopsi, belum ada penjelasan dari rumah sakit terkait penyebab kematiannya.

Kapolresta Jayapura Victor Macbon mengatakan, jasad Filep Karma sudah dievakuasi ke RSUD Dok II Jayapura, dan anggota kepolisian berkoordinasi dengan keluarga agar jasad bisa diautopsi untuk memastikan penyebab kematiannya.

Profil Filep Karma

Baca Juga:Pernyataan Lengkap Ayah-Ibu Brigadir J untuk Ferdy Sambo-Putri CandrawathiPutri Candrawathi Tepis Sejumlah Keterangan Adik Brigadir J, Apa Saja?

Mengutip Jubi.co, pria bernama lengkap Filep Jacob Samuel Karma ini lahir pada 15 Agustus 1959 di Biak, Papua. Filep Karma lahir dari keluarga yang cukup terpandang. Ayahnya, Andreas Karma, merupakan mantan Bupati yang selama 20 tahun mengabdi di Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Yapen Waropen saat Orde Baru masih berkuasa. Andreas Karma juga pernah memimpin ekspedisi jalan darat dari Wamena ke Jayapura selama tiga bulan pada 1968.

Filep mengenyam pendidikan di SD Kristus Raja Dok V, SMP Negeri I Dok V, dan SMA Negeri I Abepura. Ia kemudian lanjut berkuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS) jurusan Ilmu Politik pada 1979 dan lulus pada 1987.

Setelah lulus, ia sempat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di di Kantor Diklat Pemerintah Provinsi Papua. Pada 1997, dia melanjutkan pendidikan di Asian Institute of Management, Manila, Filipina. Di Filipina, Filep Karma sangat terkesan karena di Filipina hak asasi manusia sangat dihormati pasca jatuhnya mantan Presiden Ferdinand Marcos.

Filep kembali ke Tanah Air pada 28 Mei 1998. Kepulangannya ke Indonesia bersamaan dengan gelombang reformasi yang menjatuhkan Presiden Soeharto dari kekuasaannya. Hal itu membuat tekadnya bulat untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua.

Mengutip buku ‘Seakan Kitorang Setengah Binatang’, pada 2 Juli 1998, di menara air Puskesmas Biak Kota, Filep Karma bersama sejumlah warga menaikan bendera Bintang Kejora yang melambangkan kemerdekaan Papua. Mereka bertahan dan menjaga bendera itu selama empat hari, hingga akhirnya terjadi peristiwa Biak Berdarah pada 6 Juli 1998.

0 Komentar