KETUA Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Prof. Dr. Din Syamsuddin terpaksa harus buka suara menanggapi peristiwa seorang wanita bercadar berusaha menerobos Istana Negara dan mengacungkan pistol kepada petugas dan Anggota Paspampres pada Selasa kemarin (25/10).
Pasalnya, Din Syamsuddin menilai bahwa pemberitaan tentang peristiwa itu bernada stigmatisasi terhadap Islam.
“Saya terpaksa ikut nimbrung menanggapi peristiwa seorang wanita bercadar masuk ke halaman istana dan mengacungkan pistol kepada petugas karena berita tentang peristiwa itu bernada stigmatisasi terhadap Islam,” ujar Din Syamsuddin dalam keterangannya yang diterima redaksi, beberapa saat lalu, Rabu (26/10).
Baca Juga:Tim Penasihat Hukum Ferdy Sambo-Putri Candrawathi Fokus pada Fakta dan Saksi di Kasus Pembunuhan Berencana Brigadir JGanjar Pranowo Diberi Sanksi, Pengamat: Megawati Soekarnoputri Sangat Memperhatikan Sepak Terjangnya dan Tidak Serta Merta PDI Perjuangan Bakal Usung Puan Maharani
Mantan Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menuturkan, sebenarnya sejak ada pernyataan Istana dalam hal ini melalui Kantor Staf Kepresidenan (KSP) bahwa jelang 2024 radikalisme keagamaan meningkat, ia menduga akan ada peristiwa “percontohan” sebagaimana pernah terjadi di masa-masa lalu.
Diketahui, sekitar enam hari lalu, tepatnya pada Kamis 20 Oktober 2022, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan, ada kecenderungan bahwa radikalisme akan meningkat saat tahun politik, pada 2023 dan 2024. Ia menyebut, kondisi tersebut harus diwaspadai, apalagi jelang Pemilu. ”Situasi internal kita juga perlu aware. Dinamika politik dan potensi radikalisme akibat politik identitas. Survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2020, potensi radikalisme 14 persen,” ujar Moeldoko di Bina Graha, Jakarta, Kamis lalu (20/10).
Atas dasar itu, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menilai, pernyataan Istana tersebut ia anggap sebagai self fulfilling prophecy atau perkabaran tentang sesuatu yang bakal terjadi.
“Dan kemudian benar terjadi apa yang telah terjadi,” kata Din Syamsuddin.
Menurut Din Syamsuddin, sangat gampang untuk menyimpulkan apa yang sesungguhnya terjadi dalam hal ini peristiwa wanita bercadar menerobos ring-satu pengamanan Istana Presiden. Selain mengamati cara menangani kejadian dan pernyataan pertama yang mengemuka, juga perlakukan saja pelaku sebagai pelanggar hukum
“Kita menunggu apakah pelakunya diajukan ke meja pengadilan, atau sebagaimana sering terjadi dia dianggap sebagai orang gila,” tuturnya.
“Agar kita tidak ikut gila, maka saya anjurkan kepada masyarakat, khususnya umat Islam agar tidak perlu menanggapi peristiwa tersebut. Cukup mengikutinya dengan tersenyum, sambil menanti lakon-lakon berikutnya,” demikian Din Syamsuddin. (*)