Terkhusus Luhut, relasinya dengan Jokowi terbilang cukup istimewa. Menurut Aaron L. Connelly dalam tulisannya Indonesian Foreign Policy Under President Jokowi, pertemuan Jokowi dan Luhut pertama kali terjadi pada 2008 ketika Luhut mencari seseorang yang dapat mengubah kayu mentah dari konsesi hutannya di Kalimantan menjadi produk jadi.
Seorang kenalan kemudian memperkenalkannya kepada seorang pengekspor furnitur yang baru terpilih sebagai Wali Kota Solo kala itu, yang tidak lain adalah Jokowi. Sejak saat itu, hubungan mereka terus terjalin, baik dalam bisnis maupun politik.
Setelah Jokowi menjadi RI-1, menurut Kanupriya Kapoor dalam tulisannya Indonesian President Treads Fine Line by Empowering Chief of Staff, Luhut disebut berperan sebagai “bumper” Jokowi dari berbagai tekanan politik kelompok kepentingan, termasuk dari PDIP.
Baca Juga:Heru Subagia Pendukung ‘Radikal’ Ganjar Pranowo: PDI Perjuangan Jika Ingin Menang Harus Dukung Mas GanjarDrama Leslar: Kisah KDRT Berujung Cinta Bersemi Kembali
Selain Luhut, ada pula peran Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla yang membawa Jokowi dari Solo dan mendorongnya maju sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2012.
Singkatnya, diusungnya Jokowi oleh PDIP di Pilpres 2014, pada dasarnya bukan karena elektabilitas semata, melainkan karena terdapat berbagai tokoh berpengaruh yang berdiri mendukungnya. Mereka-mereka ini dapat kita sebut sebagai matahari mantan Wali Kota Solo tersebut.
Sekarang pertanyaannya, mampukah Ganjar mengulang fenomena Jokowi?
Ganjar Pranowo Solid?
Seperti yang ditegaskan sebelumnya, elektabilitas tidaklah cukup untuk membuat PDIP mengusung Ganjar Pranowo. Meski memiliki pengikut ‘radikal’ sekaliber Heru Subagia, Gubernur Jawa Tengah ini harus memiliki matahari yang siap mendorong dan menjadi benteng politiknya.
Namun pertanyaannya, cukupkah gerakan radikal Heru Subagia sebagai pendorong dan benteng Ganjar Pranowo?
Dengan demikian, jika Ganjar benar-benar serius ingin menekan PDIP agar mengusungnya di Pilpres 2024, Gubernur Jateng ini membutuhkan sokongan matahari powerful, baik dari dalam maupun luar PDIP.
Sampai detik ini, membaca pada kepingan-kepingan yang ada, dukungan relawan Ganjar Pranowo tampaknya bukan merupakan sinyal menguatnya posisi Ganjar Pranowo, melainkan sekadar investasi saham politik awal. Tulisan Begog D. Winarso sekiranya sudah cukup menjelaskan fenomena tersebut.
Menimbang pada Ganjar Pranowo belum memiliki matahari yang powerful, keputusan para relawan untuk memberikan dukungan mungkin merupakan kalkulasi yang cukup terburu-buru.