MENTERI Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani turut menyampaikan pandangannya atas dinamika yang terjadi di Inggris menyusul mundurnya Liz Truss sebagai perdana menteri (PM).
“Kita semua mengikuti politik di Inggris, dimana dari mulai menteri keuangannya diganti dan sekarang perdana menterinya turun,” ujar dia saat menggelar konferensi pers realisasi APBN September 2022 pada Jumat, 21 Oktober.
Menurut Menkeu, kondisi tersebut tidak lepas dari faktor tekanan ekonomi yang terjadi saat ini. Malahan, saking kuatnya pressure yang diterima, Liz Truss hanya mampu bertahan selama 45 hari di pucuk pimpinan tertinggi pemerintahan negara Raja Charles tersebut.
Baca Juga:Peneliti Kaspersky Temukan Penjahat Dunia Maya Sebar Trojan Berkedok Layanan Streaming Populer, Kumpulkan Data Pribadi KorbanPolisi Pastikan Ade Yunia Rizabani Bukan Korban Mutilasi
“Ini menggambarkan turmoil (kekacauan) yang terjadi baik dari sisi ekonomi dan keuangan telah menimbulkan imbasnya ke politik,” tutur Menkeu.
Dia pun menjelaskan jika situasi global masih terus diliputi ketidakpastian yang berlanjut dan diperkirakan akan terus memuncak hingga tahun depan seiring dengan harga komoditas yang masih menjulang.
“Poinnya adalah harga komoditas masih sangat tidak pasti dan cenderung tinggi karena memang faktor yang mempengaruhinya, seperti geopolitik dari perang yang mengganggu sisi pasokan maupun distribusi. Ini membuat harga mudah sekali bergejolak,” tegasnya.
Dalam catatan bendahara negara, inflasi Inggris sekarang sudah terbang ke level 10,1 persen.
“Angka ini diperkirakan bakalan terus bertahan di level tinggi selama beberapa saat,” kata dia.
Seperti yang diberitakan redaksi sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Liz Truss mengumumkan pengunduran diri hanya enam minggu setelah dilantik. Keputusan itu ditengarai akibat dampak program ekonomi yang mengejutkan pasar keuangan dan memecah belah Partai Konservatif. (*)