“Saya kaget lihat orang India lebih mudah dapat sewa tanpa guarantor, sementara keadaannya berbeda dengan pelajar dari Indonesia dan Afrika. Kita cari datang sendiri, semuanya sendiri. Cuaca juga ekstrim, bertahan hidup agak susah,” katanya.
Banyak WNI, kata Fransiscus, yang merasa kesulitan dan terhambat karena harga sewa tempat tinggal dekat kampus harganya mahal. Kami, lanjutnya, dapat budget beasiswa di bawah seribu pound, sementara harga sewa di sini dua ribu pound.
“Saya merasa sebagai diaspora, kurangnya bantuan secara diplomatik untuk menjamin kami semua yang kuliah dan tinggal untuk kemajuan bangsa. Mohon bantuan diplomatik dari RI ke Inggris untuk tidak pakai guarantor yang mahal,” pungkasnya. (*)