KEMENTERIAN Kesehatan yang dikelola Hamas mengumumkan pada Selasa (11/10/2022), bahwa lebih dari setengah penduduk Jalur Gaza menderita masalah psikologis, sebagai akibat dari blokade yang diberlakukan Israel dan Mesir selama lebih dari satu dekade.
Direktur Jenderal Kesehatan Mental Kemenkes Gaza, Jamil Suleiman Ali, mengatakan selama lebih dari 15 tahun, penduduk menderita kondisi hidup dan ekonomi yang memburuk akibat kekerasan ‘ilegal’ Israel terhadap Jalur Gaza.
Menurut pejabat Ali, antara 50 hingga 60 persen penduduk Gaza menjadi sasaran kekerasan Israel, yang berdampak pada kesehatan mental mereka.
Baca Juga:Pomdan Belum Temukan Bukti Atas Keterlibatan 2 Prajurit TNI dalam Kasus Pembunuhan Paulus Iwan Boedi PrasetijoKuasa Hukum Bharada E: Perintah Ferdy Sambo adalah Tembak, Bukan ‘Hajar’
“Ada gejala umum yang muncul pada pasien, seperti tekanan psikologis dan depresi, gugup, kekerasan sosial, introversi dan masalah lainnya,” jelas Ali dilansir dari Alaraby, Kamis (13/10/2022).
Namun, pejabat tersebut mencatat bahwa Gaza tidak memiliki pusat khusus yang memadai untuk merawat orang yang menderita masalah kesehatan mental.
“Cederanya tidak sebatas badan, tapi ada luka psikis yang berdampak negatif yang bisa lebih parah dari luka fisik,” ungkapnya.
Sejak 2007, Israel telah memberlakukan blokade yang diperketat di daerah kantong pantai, rumah bagi lebih dari 2,3 juta orang.
Selain itu, meluncurkan empat kampanye militer skala besar terhadap penduduk, menewaskan ribuan orang dan melukai puluhan lainnya.
Akibatnya, warga Gaza menderita kondisi hidup yang sulit karena tingkat pengangguran telah mencapai 54 persen, sementara sekitar 85 persen hidup di bawah garis kemiskinan. (*)