“Kapasitas Kedutaan Besar Prancis di Teheran untuk memberikan perlindungan konsuler kepada warga negara yang ditangkap atau ditahan di Iran sangat terbatas,” sebut Kementerian Luar Negeri Prancis memperingatkan.
Video Pengakuan Mata-mata
Dilansir CNN, sehari sebelum imbauan Prancis agar warganya meninggalkan Iran dirilis, televisi pemerintah Iran menayangkan apa yang disebutnya sebagai ‘pengakuan’ dua warga negara Prancis yang ditahan sejak lima bulan lalu.
Kedua warga Prancis itu ialah Cecile Kohler yang seorang pejabat serikat guru Prancis dan Jacques Paris yang merupakan pasangan Kohler. Keduanya ditahan di Iran sejak 7 Mei lalu atas tuduhan mengobarkan kerusuhan buruh saat aksi mogok kerja dilakukan para guru Iran awal tahun ini.
Baca Juga:Polisi Ajukan 25 Pertanyaan ke Baim Wong, Paula Verhoeven 19 Pertanyaan Terkait ‘Prank’ KDRTPerjalanan KA Lintas Selatan Terhambat, Ada Amblesan di Wilayah Cilacap
Dalam video itu, Kohler dan Paris yang berbicara dalam bahasa Prancis. Mereka kompak mengakui mereka bekerja untuk dinas intelijen asing Prancis atau DGSE. Video pengakuan yang banyak disunting dan direkam bergaya dokumenter itu dirilis oleh kantor berita Iran, IRNA.
“Kami berada di Iran untuk mempersiapkan kondisi bagi revolusi di Iran dan penggulingan rezim Islam Iran,” ucap Kohler dalam video tersebut.
“Tujuan DGSE adalah untuk menekan pemerintah,” ujar Paris yang muncul dalam video terpisah.
Kemlu Prancis menyatakan ‘dugaan pengakuan’ itu tidak memiliki dasar apapun. Mereka meyakini kedua warga Prancis itu berbicara di bawah tekanan. Prancis kemudian menyerukan agar Iran segera membebaskan keduanya.
“Cecile Kohler dan Jacques Paris telah ditahan secara sewenang-wenang di Iran sejak Mei 2022, dan dengan demikian menjadi sandera negara. Prancis menegaskan kembali tuntutannya untuk pembebasan mereka dengan segera,” ujar Kemlu Prancis dalam pernyataannya.
“Sandiwara dugaan pengakuan mereka sangat tidak bermartabat, menjijikkan, tidak bisa diterima dan bertentangan dengan hukum internasional. Penyamaran ini mengungkapkan penghinaan terhadap martabat manusia yang menjadi ciri khas otoritas Iran,” imbuh pernyataan itu.
“Dugaan pengakuan yang diambil di bawah tekanan ini tidak memiliki dasar apapun, lebih dari alasan apapun yang diberikan untuk penangkapan sewenang-wenang mereka,” sebut pernyataan Kementerian Luar Negeri Prancis itu. (*)