MEDIA Officer Arema FC Sudarmadji mengatakan pihaknya tidak mengetahui secara pasti apakah 12 dari 14 pintu tribune Stadion Kanjuruhan tertutup saat kericuhan terjadi.
Kericuhan pecah di Stadion Kanjuruhan selepas pertandingan Arema FC versus Persebaya pada Sabtu (1/10) malam. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 2-3 untuk kemenangan tim tamu, yang membuat sejumlah suporter kecewa.
Sejumlah penonton mengungkapkan kekecewaan dengan masuk ke lapangan. Polisi lantas melakukan penanganan yang salah satunya menembakkan gas air mata. Dalam situasi itu terjadi kepanikan di pintu keluar stadion.
Baca Juga:Pelatih Arema Ungkap Detik-detik Mengerikan di Ruang Ganti Tim, Ada Suporter yang Meninggal di Pelukan PemainTragedi Kanjuruhan Dipicu Suporter Minta Foto, Begini Kesaksian Aremania Korwil Bantur
Dalam video yang viral di media sosial, suporter kemudian berdesakan dan terinjak-injak karena pintu keluar stadion tertutup.
“Itu [pintu tertutup] bagian dari proses investigasi. Itu kita tunggu saja apakah benar ditutup atau dibuka. Saat ini kita fokus penanganan korban. Saat ini sudah 125 terindentifikasi. Crisis center akan melakukan penyisiran,” kata Sudarmadji saat jumpa pers, Senin (3/10).
Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham) Muhammad Choirul Anam yang hadir dalam jumpa pers di Kantor Arema mengaku sedang mendalami dugaan hanya dua pintu stadion yang terbuka saat insiden.
Pihaknya tak mau mengambil kesimpulan lebih cepat meski telah mengantongi sejumlah rekaman video. Komnas ingin melakukan pendalaman terlebih dahulu ke sejumlah pihak yang terlibat dalam pertandingan tersebut.
“Kami anatomi dari Stadion Kanjuruhan. Nanti seperti apa akan kami cari tahu. [Apakah] Cuma dua pintu terbuka, hiruk pikuknya di pintu yang mana, korban banyak jatuhnya di pintu yang mana, apakah itu dekat lantaran gas air mata. Itu kami dalami,” kata Choirul.
Begitu halnya dengan dugaan gas air mata yang dilepas polisi ke tribune telah kedaluwarsa juga didalami. Dugaan yang beredar gas air mata yang ditembakkan ke tribune adalah keluaran 2019 atau telah habis masa aktifnya.
“Gas air mata pasti punya kedaluwarsa. Itu akan menjadi kunci kami tanya ke medis. Apakah ini karena sesak nafas, kadar oksigen dan lainnya seperti apa,” ucap Choirul. (*)